Sebagai pengusaha tentu kita punya atau tidak latarbelakang (ada DNA Bisnis atau tidak), kebetulan saya masih di depan “write kompasiana” maka saya buat tulisan dengan judul 3 kategori pengusaha, tulisan ini teringat saya, beberapa tahun silam (tahunnya sudah lupa) pernah saya ikuti seminar nasional di Jakarta, dengan narasumber Tanri Abeng dan Jusuf Kalla dan beberapa narasumber lainnya, dan waktu itu Pak Jusuf Kalla masih sebagai Dirut NV. Hadji Kalla (Kalla Group) di Ujung Pandang (skrg:Makassar) dan Pak Tanri sebagai Dirut PT. Multi Bintang di Jakarta (Bir Bintang), sbb:
Kategori Pertama : Pengusaha Modal Dengkul, modalnya ke-MAU-an keras, tekun, cerdas, jejaring, sabar dan ihlas, namun tidak mengandalkan uang sebagai modal utama (katanya modal factor ke sepuluh).
Kategori kedua : Pengusaha Kekuasaan (fower), modal utamanya adalah kekuasaan orang tua atau keluarga, karena mempunyai jabatan atau pengaruh di pemerintahan (birokrasi). Karena kesempatan (aji mumpung) maka “terpaksa” jadi pengusaha.
Kategori Ketiga : Pengusaha Regenerasi, modal utamanya adalah bisnis orang tua atau keluarga (bisnis turun temurun) atau melanjutkan bisnis atau perdagangan keluarga/orang tuanya.
Waktu itu, beberapa pengusaha yang dijadikan sample dari ketiga kategori tersebut diatas al : Pak Tanri katanya masuk kategori pertama, JK (Jusuf Kalla) dan Ical (Aburizal Bakrie) masuk kategori ke tiga (regenerasi) dan untuk kategori ke dua, Tanri Abeng tidak menyebut nama, tapi menyebut kalimat “anakpejabat” entah pejabat apa. Mereka berusaha “dadakan/karbitan” karena kebetulan orang tuanya pejabat, jadi mudahlah mendapat tender/pekerjaan, menguasai semua lini (departemen/dinas/badan) nah golongan ini katanya harus hati-hati karena kalau tidak paksa dirinya belajar berbisnis dan membuat jejaring (positif tentunya) akan hilang ditelan zaman (mati suri) sendiri seiring masa jabatan orang tuanya, syukur-syukur kalau tidak ketangkap di tengah jalan karena sang orang tua korupsi.
Sementara Pak JK waktu itu, yang saya ingat sedikit pesannya, mengatakan begini, kalau dalam berusaha selalu star di titik nol atau kilo meter nol, alasannya, karena kalau berdasar dari nol maka kita tidak akan pernah merasa gagal dan rugi, selalu untung dan untung terus. Pak JK juga saat itu memberi contoh pengalaman (fakta) yang terjadi pada dirinya dalam proses berusaha menggantikan sang ayahanda (Almarhum Hadji Kalla) mengelola perusahaan dan membina saudara-saudaranya, termasuk bagaimana Pak JK mempersiapkan generasi ketiga Kalla Group. Karena JK merupakan generasi kedua Kalla Group.
Sayang waktu itu panitia pelaksana seminar tidak menghadirkan narasumber dari pengusaha kategori ketiga, jadi sample dan pesannya tidak ada saya tulis disini, setidaknya kalau mau telusuri geliat JK klik di sini atau di sini dan Tanri Abeng klik di sini atau di sini……..
Sobat kompasianer semuanya, mungkin ada kategori tambahan, silakan tambahkan sebagai referensi, dan trik bisnisnya, kemungkinan masuk di kategori mana ya ? Mari berbagi, dan itu indah serta berkah.