Apakah kebahagiaan adalah sebuah kondisi ketika kita tidak mengalami kemalangan dalam hidup kita dan penuh dengan kesenangan? Namun bagaimana apabila kesenangan tidak berarti bahagia? Apa sebenarnya kebahagiaan dan kesenangan itu sendiri? Dan apa irisan perbedaan antara kebahagiaan dan kesenangan?
Baik, Kita mulai dengan kesenangan. Apa yang dimaksud kesenangan? Singkatnya kesenangan sering dikaitkan dengan perikaku hedonisme, yakni memprioritaskan kesenangan dalam gaya hidup, perilaku, dan pemikiran, untuk memberikan kita kepuasan yang instan.
Apa saja yang menggambarkan perilaku tersebut?
Makan makanan yang enak, bisa bikin kita senang. Begitu juga makanan junk food.
Lalu memenangkan sebuah perlombaan, bisa bikin kita merasa senang. Namun menjatuhkan orang lain demi kepentingan diri sendiri, menyalahkan orang lain untuk terlihat benar, berbuat curang untuk mendapat keuntungan lebih juga termasuk membuat kita senang.
Ketika kita mencari dan mendapatkan uang yang banyak membuat kita senang, mencuri barang yang bukan milik dirinya sendiri juga memberikan kesenangan tersendiri.
Menghadiri pesta tentu saja. Apa lagi berbicara dengan lantang agar menjadi pusat perhatian, dan dipuji atas pencapaian. Dan yang tak kalah menyenangkannya adalah aktivitas seksual, mungkin selingkuh, sex bebas juga tidak kalah menyenangkan.
Mungkin mendengarkan musik juga. Tapi melampiaskan emosi dengan merusak barang bisa jadi pilihan. Dan berjudi, dan investasi high returns high risk. Dan silahkan tambah yang lainnya.
Contoh tersebut sudah cukup menjelaskan bahwa, Â hanya karena itu menyenangkan, bukan berarti itu hal-hal tersebut adalah baik. Dan karena itu menyenangkan, bukan berarti itu membuat kita bahagia. Kenapa tidak membuat kita bahagia?
Sebelum kita membahas tentang kebahagiaan, mari kita lihat dulu apa yang ada dalam otak kita hingga dapat menyebabkan hal demikian.
Pertama, kita bahas dulu siapa yang bertanggung jawab atas kesenangan yang kita rasakan. Salah satu yang paling berperan penting atas kesenangan di otak kita adalah dopamin. Dopamin sendiri adalah hormon motivasi yang mendorong tindakan kita untuk mencapai sesuatu yang ada di luar kita atau yang tidak kita miliki. Di saat yang sama, dopamin ini juga yang membuat kita berekspektasi terhadap reward, keuntungan, atau timbal balik.
Jika dopamin mencari sesuatu yang ada di luar diri kita, maka kebahagiaan adalah kebalikannya. Yakni, segala sesuatu yang ada dalam diri kita dan yang kita miliki, dan membuat kita merasa tenang dan baik-baik saja. Contohnya sesederhana seperti nongkrong bersama teman, berpelukan dengan orang yang kita sayangi, atau bercakap-cakap dengan seseorang yang sangat dekat dengan Anda. Dan yang bertanggung jawab atas rasa tersebut adalah hormon serotonin.
Jika kita dalami lagi tentang kebahagiaan, serotonin ini terletak pada area otak yang disebut prefrontal korteks. Yang mana, bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsi kognitif utama (seperti Decision-Making, analisis), selanjutnya ada fungsi regulasi emosional, kemudian perilaku sosial (seperti memahami norma sosial, empati), dan juga berperan penting untuk menghambat dorongan perilaku yang tidak pantas atau berbahaya.
Jika ditarik semua menjadi satu kesimpulan, maka kita akan menemukan bahwa kebahagiaan tidak terlepas dari proses kita dalam berpikir dan akhirnya membuat keputusan yang baik.
Kita bisa mendapat kesenangan, pleasure, hanya dengan dengan mengandalkan insting bawaan kita. Tanpa harus berpikir secara mendalam tentang, apa konsekuensinya terhadap diri kita? Apakah hal itu baik atau tidak? Apakah itu merugikan orang lain atau tidak? Apakah itu justru berujung rasa penyesalan atau tidak?
Dalam taraf tertentu ketika kita kebergantungan untuk mencari kesenangan, dampaknya pada siklus hidup kita justru akan menjadi lingkaran setan. Hal ini seperti dalam beberapa penemuan, karena para ahli juga akhirnya menemukan bahwa ada tahap di mana aktivitas yang sama untuk menghasilkan rasa senang akhirnya tidak lagi punya efek yang sama untuk menghasilkan kesenangan.
Hal ini yang membuat seseorang terus menerus mencari kesenangan, meminta lebih dari sebelumnya, dan tidak akan pernah terpuaskan terus menerus. Jika anda masih terus mempertahankan kondisi ini, besar kemungkinan anda akan mengalami stress berkelanjutan yang mengganggu mental anda.
Namun jika berbicara tentang bahagia, justru berkebalikan dari dorongan gairah untuk memuaskan diri secara temporal atau sementara. Bahagia adalah proses penuh kognitif otak kita untuk mengambil keputusan dengan bijaksana, dengan risiko seminimal mungkin dan hasil semaksimal mungkin, dengan win-win solution untuk seluruh pihak, memaknai setiap peristiwa, dan berefek dalam jangka panjang.
Meski begitu, menjadi bahagia tidak semudah membuat tulisan ini. Karena kenyataannya, di dalam otak kita terdapat berbagai macam kesalahan berpikir yang mungkin sudah kita maklumi sejak lama, hingga kita tidak tahu lagi apakah cara berpikir demikian adalah salah atau tidak. Hal ini dikarenakan kecenderungan otak kita untuk mencegah dirinya berpikir keras, sehingga otak lebih cenderung mengambil keputusan yang irasional dalam kehidupan sehari-hari kita.
Bias cognitif adalah topik yang akan kita bahas di tulisan yang lainnya.