Berangkat lewat jalur utara, kembali melalui selatan. Kadang naik mutiara utara dan mutiara selatan atau bis malam yang selalu mampir di beberapa titik pemberhentian.
Tinggal di rumah pensiunan pegawai Pemkab Pasuruan di Warungdowo sudah seperti anak-anaknya sendiri.
Perenungan perang batin dari perjalanan timur barat utara selatan singgah beberapa pekan di kaki gunung Arjuna dan gunung Welirang di mana pada malam hari bintang serasa terjangkau tangan.
Pergulatan seperti keping uang yang dilempar ke atas lalu jatuh berputar-putar sebelum berhenti terbaring di salah satu sisi kepingnya.
Pergulatan antara benar dan salah di mana hanya seperti sehelai rambut dibelah tujuh perbedaannya.
Akhirnya, terhenti setelah secara tak sengaja menemukan makna yang dalam dari sepenggal ayat; "alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub".
Saat mana terjawab semua pertanyaan, saat mana melihat Arjuna dan Welirang seperti melihat dzatNya. Saat mana angin sepoi, basah embun, gemirick air dan hijaunya sawah seperti mencium aroma HarumNya.
Yang membuat terkuras habis persediaan air mata. Bagaimana tidak, sebab saat mengucur deras air mata tanpa terasa, jiwa terasa basah di dalam kasihNya.