Setelah sekuat tenaga melawan masalahnya, akhirnya ia memutuskan untuk menyerah saja. Rasa putus asa telah meraja di hati dan pikirannya. Tubuhnya sama sekali tak menyangkal bahwa ia telah kalah.
Ia mencari seutas tali, menggantungnya tinggi-tinggi di atas pintu dan melingkarkan simpul tali itu di lehernya.
Ia siap menyambut kematian.
Di tengah badai yang berkecamuk dalam dirinya, tiba-tiba ia teringat sebuah nama: Dara. Ia teringat sebuah janji yang pernah ia ucapkan dulu bahwa ia akan mempersembahkan sebuah cincin emas untuk Dara sebagai cincin pernikahan. Batinnya mengerjap. Dengan sekejap akal sehatnya kembali pulih. Batinnya bertanya-tanya, "apa yang sedang aku lakukan?" Ia menyadari kebodohannya sendiri dan cepat-cepat turun dari panggung kematian.
Sebuah nama telah menyelamatkan nyawanya pagi itu.