16 April 2013 16:47Diperbarui: 24 Juni 2015 15:064620
Finding Srimulat yang saat ini sedang ditayangkan di jaringan bioskop 21 diakui oleh sebagian besar penontonnya sebagai film yang menghibur dan mengajak introspeksi. Terutama terkait dengan kepedulian terhadap seni budaya tradisional klasik yang saat ini terlupakan. Sejajar dengan Srimulat, seberapa seringkah kita melihat kesenian Kethoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit, Kolintang, dan sebagainya mengedepan di era internet saat ini. Orang baru terhenyak manakala ada kabar negara tetangga mengklaim seni tradisi yang berakar pinak di bumi nusantara ini. Berharap dari pemerintah yang riuh dengan segala persoalan poitik, penegakan hukum, dan pembagian kekuasaan, rasanya tidak mungkin kita cuma ngomel atau ngedhumel terus menerus. Dalam lingkup semacam itulah ide melayarlebarkan Srimulat berkecambah, bertunas, berkembang hingga akhirnya merekah. Boleh jadi bagi penonton Finding Srimulat sekadar film dengan jalinan cerita sederhana, kualitas teknis yang ga bagus, tapi punya cita-cita dan mimpi yang tinggi bukan ambisius yaa... Tapi sesungguhnya banyak metafora yang tersebar dan disebar oleh para penggagasnya dalam Finding Srimulat. Yuuk kita coba kupas...
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.