Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Dalam Perjalanan dari Mumbai Menuju Bangkok

26 September 2012   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 125 0
Mungkin begitu saya menyebutnya mengingat pengalaman bertemu orang sebangsa dan setanah air di negeri orang. Tepatnya di India pada Februari 2012 silam.
Ketika itu di ruang tunggu international departure Mumbai International Airport, India hendak menuju Bangkok, Thailand setelah pulang kegiatan di Bhopal India Tengah. Malam itu, kira-kita pukul 00.30 dini hari waktu India saya sedang menunggu pesawat Jet Airways ke Bangkok Thailand pukul 06.00 pagi. Lumayan sekitar lima jam menunggu. Malam itu suasana ruang tunggu pun mulai dipenuhi orang-orang yang bermalam dibandara. Disekeliling, ada beberapa petugas pengaman dan beberapa penumpang yang terlihat sedang menunggu jam keberangkatan. Terlihat bule yang sedang mengelar tikar, memakai headset dan bersiap segera tidur di pojok ruangan. Adapula yang sedang smsanataupun yang sedang membaca buku. Saya sedang asyik memperhatikan sekeliling untuk melihat tempat duduk kosong yang bisa untuk merebahkan badan yang sudah letih ini.

Suasana ruangan terlihat sepi karena telah larut dan hilir mudikpun mulai berkurang sehingga kondisi ruangan terasa sangat dingin. Beberapa kali saya pindah tempat duduk untuk mencari tempat yang hangat dan beristirahat mengingat perjalanan ke Jakarta masih sekitar dua puluh jam lagi. Sempat lebih dari lima kali berpindah hanya untuk mencari tempat yang nyaman untuk istirahat. Pada akhirnya disebuah pojok ruang tunggu ada dua orang perempuan terlihat memakai jilbab yang sedang menunggu sambil makan makanan kecil "tapi saya tidak memperhatikan dan cuek saja".  Lalu saya duduk tepat didepannya karena di tempat tersebut jauh dari AC. Dengan segera menutup resleting jaket dan penutup kepala yang saya pakai hendak segera tidur.

Saat sedang tertidur "tidur ayam" terdengar samar-samar suara perempuan tepat dibelakang saya bercakap bahasa Indonesia. Kuperhatikan terus apakah benar perempuan tersebut bercakap Indonesia atau bukan "soalnya pernah salah orang dulu ketika di Singapore; jadi malu**". Ketika saya pastikan mereka bercakap Indonesia lantas saya terbangun dengan semangat dan menolah kebelakang, menghampiri dan menyapanya!  Langsung saja bertanya "mau kemana mbak??" lantas mereka menjawab "mau ke arab" dan akhirnya percakapanpun terjadi. Usut punya usut ternyata sejak awal mereka memperhatikan saya berpindah-pindah mencari tempat untuk bersitirahat. Rasanya senang, terharu dan serasa akrab bagai keluarga di Indonesia. Mereka bilang dari awal sudah menduga bahwa saya adalah orang Indonesia "dilihat dari wajahnya kan sudah kelihatan ya? hehe **"
Singkat cerita kamipun bercerita dan saling bertanya dan ternyata mereka itu seorang TKI yang mau berangkat ke arab. Merasa kasihan mendengar ceritanya menempuh perjalanan selama tiga hari dengan rute mulai dari Jakarta (karena meraka berasal dari Sukabumi) ke Semarang setelah itu ke Singapore lalu menuju Mumbay India dan terakhir baruk Arab Saudi dengan pesawat Emirates. Dalam hati bertanya-tanya mengapa bisa selama itu? Kenapa tidak dari Jakarta-Singapore-Arab Saudi? Akhirnya pertanyaan dalam hati saya terjawab dengan sendirinya. Ternyata mereka disarankan oleh agennya untuk menempuh jalur tersebut mengingat visa mereka belum jadi.Bayangkan keluar negeri untuk bekerja tapi tidak memakai visa?? Saya "notabene mahasiswa/ anakkuliahan" merasa ketar-ketir dan selalu khawatir dalam perjalanan ketika berpergian sendiri. Coba bayangkan dengan mereka yang notabene pendidikannya tidak sempat lulus SD dan dengan bahasa Inggris yang memaksa "lebih blepotan daripada saya**"?

Kata mereka, setelah sampai di Arab Saudi akan di salurkan lewat agen ke majikan-majikan yang membutuhkan tenaga pembantu rumah tangga. Meski sebenarnya tidak ada jaminan bahwa banyak agen yang sering menelantarkan TKI disana. Namun ditengah ramainya kasus dan informasi negatif tentang TKI Indonesia disana, mereka tetap optimis dan berniat baik untuk bekerja tanpa perasaan takut sedikitpun. Yang penting kita tetap hati-hati dan bekerja dengan benar, begitu paparnya

Sambil bercerita pengalaman selama dalam perjalanan, ketika di Changi International Airport Singapore mereka tidak diberi makanan oleh agennya dari pagi sampai malam! Begitu saya mendengarnya, rasa iba tidak tertahan lalu saya menawarkan untuk makan di KFC "mereka mengiyakan".  Ahirnya kita makan bareng di sebuah KFC yang tidak jauh dari ruang tunggu tersebut. Sedih, terharu, bercampur khawatir melihat kondisi mereka. Namun di sela itu tersingkap niat dan tekad  mengadu nasib yang terlihat dari mimik wajahnya. Salut!! begitu pikir saya dalam hati.

Setelah selesai makan, jam di hape pun menunjukkan pukul 02.30 pertanda pesawat Emirates jurusan Mumbay-Arab Saudi akan segera berangkat lalu merekapun segera bersiap-siap. Sebelum kami berpisah, sempat kami berpelukan, dan saya kasih kartu nama saya "barangkali berguna wkwkwk". Tepat pukul 03.15 panggilan terakhir dari petugas Emirates berbunyai kamipun berpisah.

Sayapun kembali beristirahat, menunggu pagi dan bertolak ke Bangkok, Thailand dengan Jet Airways

@Mumbai, 20 Feb 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun