Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sang Cinta

22 Mei 2015   13:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 25 0
Suara sayup-sayup burung nuri menghiasi senjaku nan indah. Senja, benar-benar indah dan menawan. Dengan senja, kutuangkan semua perasaanku di atas langit-langit biru yang terhampar luas. Dengan senja, kuriuhkan seisi hati agar tidak sepi, jikalau sepi tentu sesak akan datang menghampiri. Dengan senja, aku mengerti apa arti dari sejatinya mengalah, mengalah tentang apapun, apapun itu mengalah memang bukan hal yang mudah dicerna. Dengan senja, anakku bisa tertidur pulas, air liurnya sudah jatuh keatas bantal yang empuk, bantal milik ibunya yang sudah pergi satu tahun lalu. Dengan senja, hariku semakin menyesakkan sebab ketidak-relaanku terhadap sepasang kekasih yang sedang terbang bersama.

Malam, terlihat gelap, namun pada hakikatnya sungguh terang. Di saat malam, tuhan mengutus para malaikatnya untuk mengawasi setiap jiwa-jiwa yang sedang merasakan beraneka ragam rasa. Ada yang baru saja menanam bibit-bibit cinta di hatinya, ada yang sedang menyirami tanaman cinta itu, ada lagi yang sedang memberi pupuk terhadap tanaman cintanya bersama Sang Cinta. malah ada juga yang sampai menebang pohon cintanya yang sudah tertanam lama sebab tidak ada sedikitpun jawaban dari Sang Cinta, ia sungguh teramat-amat kecewa, dan karena rasa kekecewaanya yang sungguh berat itu, ia tidak bisa membedakan, mana tuhan mana pula syeitan. Ia marah, marah pada tuhan, mengapa Sang Cinta tidak tahu bahwa ada cinta didirinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun