Putu Wijaya adalah seorang seorang sastrawan, penulis, dan tokoh teater Indonesia yang lahir pada 11 April 1944 di Tabanan, Bali. Nama lengkapnya adalah Gusti Ngurah Putu Wijaya. Beliau dikenal serba bisa, dengan karya yang mencakup drama, novel, cerpen, esai, skenario film dan sinetron. Putu Wijaya juga dikenal sebagai pemimpin Teater Mandiri, sebuah kelompok teater yang didirikan pada tahun 1971. Selain itu, ia telah menerima banyak penghargaan atas karya-karyanya, termasuk dua kali Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk film "Perawan Desa" (1980) dan "Kembang Kertas" (1985). Putu wijaya sudah menghasilkan banyak karya salah satunya adalah cerpen "semar" yang dirilis tahun 2023 dan cerpen "guru" yang dirilis tahun 2022. Cerpen "Semar" mengisahkan tentang seorang penguasa yang memutuskan untuk menghentikan perang yang hampir pasti akan dimenangkan oleh pasukannya. Baginda, sang penguasa, menyadari bahwa meskipun perang akan memberikan kemenangan bagi pemimpin, perang tersebut hanya akan membawa kesengsaraan bagi rakyatnya. Oleh karena itu, Baginda memilih jalan perdamaian dengan menjodohkan putranya dengan putri musuh mereka. Keputusan ini diambil untuk memastikan kesejahteraan rakyat dan menghindari kehancuran akibat perang. Meskipun keputusan ini tampak kuno dan mendapat kritik, Baginda percaya bahwa menjaga keselamatan dan kenyamanan seluruh rakyat adalah hal yang paling penting. Cerpen ini mengeksplorasi tema-tema tentang kekuasaan, kebijaksanaan, dan perdamaian. Isu dari cerpen semar adalah baginda dan prajuritnya sedang berperang dengan musuh bebuyutannya, kemudian saat akan menang baginda mengatakan "stop" baginda lebih memilih dengan cara damai agar para rakyatnya tidakk sengsara dengan cara putra baginda dan putri sang musuh bertunangan.
KEMBALI KE ARTIKEL