Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Teduh Jiwa

20 April 2014   17:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 14 1



kali ini aku mengisyaratkan sesuatu

menjalin mentari dengan penuh khidmat

mereka berlarian di antara ilalang

berkejaran bak tak jemu

menanti singupnya rendah hati para bukit

tanpa arah aku meneropong gelap

hingga tak maksud hati aku kembali mengerat

satu arah dengan perginya peraduanku

kelam berhasrat untuk memenanginya

seiring renta memadu kasih

dihadapan anak tak berkepala rumah tangga

dia terlunta dalam dirinya

dengan tubuh tegap gempita

tak memperlihatkan kekacauan dalam benaknya

keruh memang seakan tak bertenaga

riuh meredam kegetiran raut mukanya

kembali dia menghilang dalam kawanan rengat

dia menemukan puing bambu

untuk tempat istirahatnya

dan meminang sisa ingatan peraduannya

sampai akhirnya dia lengas penuh harap

namun itu tak merubah ketiadaannya

harap tak kunjung mendengarnya

hingga renta

dan jiwa menutup dirinya

aku ungkapkan dia sahabatku

sahabat dalam diriku

aku mencoba untuk selalu menemaninya

sampai malaikat bertanya tentangku

" kapan tiba aku mencabut isi kepalamu ?? "

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun