Lagi - lagi dengan berani seorang pejabat setingkat Menteri menulis ide lewat
tweeter-nya, berisi tuduhan mengarah, agar korupsi jangan dibela. Sontak saja, menghebohkan profesi yang selama ini hadir di
meja hijau, sebagai
advokat yang diberikan se-seorang terdakwa, terlibat suatu tindak pidana, maupun perdata, menuai ptotes. Bukan kepalang, Denny Indrayana, kini menjabat Wakil Menteri Hukum dan Ham Republik Indonesia, lantas mendapat kecaman dari berbagai pihak yang menyandang profesi itu. OC Kaligis misalnya, melaporkan Denny ke polisi. Trus langkah Denny apa yah(?). Apalagi OC Kaligis. Dan akhirnya mereka berdua menjadi sorotan publik, ditengah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) makin "bertaring" memberantas korupsi. Disamping itu, KPK kini membidik seorang Perwita Tinggi di kepolisian, beberapa bulan silam, tersandung masalah kasus dugaan korupsi
Simulator SIM, dikabarkan, milliaran uang negara raib
. Terbayang sekilas, KPK mulai serius memutus "mata rantai" korupsi. Jika itu memang suatu keharusan. Berani jujur! Atau apakah ini dampak dari reaksi positif dari Denny yang getol menyuarakan "perang" terhadap korupsi?
Gentleman, memang, sosok seorang Denny menduduki posisi yang kental dengan hukum. Tak heran, toh sistim ketata-negaraan mesti dilakukan dan mengatur diluar dari sikap, berdasarkan moral. Ada yang mendukung, ada yang tidak, atas munculnya tulisan tweeter itu. Dan lagi, jika dipandang dari segi usia antara Denny dan Oc Kaligis ada perbedaan yang mencolok dari segi senioritas. Denny muda dan gagah berani, OC Kaligis mungkin sama segi penanganan masalah hukum. Yang teringat, ada suatu peristiwa di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Pekanbaru, Denny muncul bersama Badan Narkotika Nasional, bersenjata lengkap, memakai sebo (penutup kepala) menangkap pelaku yang diduga sebagai pengedar sabu dari dalam Lapas. Malah, aksi penangkapan dadakan disaat penghuni Lapas tengah tertidur pulas, dihebohkan dengan kehadiran Denny, kala itu posisi jarum jam mulai menyambut subuh . Hingga seorang pegawai Lapas harus merasakan pukulan tangan Denny ketika hendak masuk kedalam ruangan Lapas. Apakah ini murni "tamparan" pecitraan agar institusi Hukum dan Ham makin bersih dari konspirasi terselubung, atas tindakan kejahatan-sehingga sang pegawai Lapas mendapat kekerasan psikis dari Denny. Denny pun minta maaf kepada pegawai Lapas Pekanbaru. Kembali lagi tentang tulisan tweeter Denny. Bisa jadi, keberanian Denny guna "membentengi" marwah hukum negara ini. Namun, tolok ukur semuanya itu kembali kepada masing - masing pihak. Tetapi, bukan Denny saja menyerukan semacam kampanye lewat tweeter. Berbeda dengan kalangan Akademis, melalui aksi demo massa sering terjadi di berbagai daerah Indonesia, maupun, kalangan aktivis turut serta memberikan dukungan rasa simpati dan peduli memberantas korupsi, agar tujuannya
continue tak henti - hentinya melakukan
pressure kepada penegak hukum, lebih serius menangani masalah korupsi. Jika ditarik kesimpulan, mungkin saja Denny merasa "malu" dengan aksi - aksi yang terjadi diberbagai daerah, menjadi moral baginya. Perang, perang, perang... terhadap korups,i bunyinya kian berkumandang. Tetapi bagi OC Kaligis mungkin saja tindakan Denny terlalu berlebih. Sehingga menyoroti kinerja advokat, dalam membela korupsi. Semua rakyat Indonesia menolak korupsi, tak ada yang membela. Kita kembali bertanya, permasalahan antara Denny dan OC Kaligis "bermuara" dimana sekarang? Tentu kita harus gentlemen mengatakannya dengan jujur!...
KEMBALI KE ARTIKEL