oleh: Harsen Roy Tampomuri
Semarang – Kurang lebih tiga hari belakangan ini suasana persiapan pengucapan syukur dari kabupaten Minahasa Tenggara menyita perhatian banyak orang. Meski tinggal diperantauan pasti tidak ketinggalan walau hanya sekedar bersenda gurau lewat telepon, pesan singkat, komentar di media sosial seperti facebook, twitter, BBM, path dan lain-lainya. Maklum ini bukan jaman surat-menyurat, sahabat pena, dan koleksi perangko lagi tapi jaman atau masa generasi digital dengan koneksi informasi yang tak ada batas.
Terlihat ramainya masyarakat berlomba-lomba menggiling beras, mencukur/parut kelapa, mengaduk adonan yang pada akhirnya menjadi bungkusan-bungkusan kue dalam daun woka (sejenis janur) yang dikenal dengan nama kue dodol. Bambu-bambu mulai dipilih, daun pisang, beras ketan, kelapa dan bumbu lainnya mulai disiapkan sehari sebelum hajatan untuk menjadi olahan Nasi Jaha (Nasi Jahe). Itulah dua kue yang selalu menjadi sajian pembuka menyambut datangnya tamu di setiap rumah . Kedua kue ini juga yang menjadi oleh-oleh khas pengucapan di Tanah Minahasa. Tak jarang digunakan sebagai simbol dari sebuah perayaan pengucapan syukur selain gambar-gambar kumpulan hasil panen.