Pada suatu senja, di tahun 1908. Di taman atap sebuah rumah pemukiman di Manhattan, Amerika Serikat, David Quixiano, komponis Rusia Yahudi muda usia itu berdiri sembari menggamit mesra lengan Vera, kekasihnya, gadis Kristen yang jelita. Di kejauhan, patung Liberty mengemilau jingga berlumur cahaya senja. David menuding kea rah kota Manhattan sambil berkata kepada Vera, “Di sanalah ia terletak, Panci Peleburan yang mahabesar itu. Dapatkah engkau mendengar ia menderu dan bergelora? Wahai dengarlah orang Celt dan Latin, orang Slay dan Teuton, orang Yunani dan Syria, hitam dan kuning…”