Penulis? Agak sangsi saat itu. Kalau dokter, akuntan, pengacara, tak diragukan lagi. Tentara awalnya juga sempat sangsi. Tapi tak sedikit tentara pensiunan yang masih bekerja di jasa pengamanan. Rata-rata ketajaman soft skill mereka (dokter hingga tentara) masih tepat guna hingga akhir hayat. Jasa yang dibutuhkan dari mereka, terutama adalah strategi dan analisis. Banyak pegiat profesional di golongan mereka bekerja hingga usia tua (bahkan hingga mendekati usia 80 tahun).
Mungkin bila kita bayangkan mereka, seperti menonton film layar lebar RED (Retired Extremely Dangerous). Okelah memang banyak yang begitu adanya. Tapi apakah sama juga dengan penulis? Karena awalnya, aku membayangkan bahwa penulis itu sama seperti karyawan biasa, yang ketika di masa berkarir mereka banyak-banyak menulis supaya punya banyak tabungan dan saat memasuki usia pensiun, mereka sudah tidak terpakai lagi skill-nya alias pensiun.
Artinya, penulis atau writer, ketika pensiun ya sudah selesai tugas. Memangnya siapa yang menginginkan jasa mereka lagi? Berarti apa yang dikatakan Chaerul Sodiq masih ada cacat logika. Karena dari kesemua yang disebutnya; penulis, dokter, hingga tentara, ada satu yang menurutku tidak seperti dia katakan, yaitu penulis. Namun setelah 17 tahun berjalan (mungkin bila pada tahun itu Chaerul Sodiq memiliki cucu yang baru lahir, cucunya sekarang sedang Sweet 17th), ternyata aku salah. Ucapannya terbukti .
Sebagai jurnalis yang memulai karir pada 2004, sejatinya karirku biasa saja. Nothing special. Jumlah prestasi terhitung di bawah lima jari. Tak ada yang istimewa. Pokoknya terlalu jauhlah untuk mencapai sebuah personal branding. Sebab, seseorang yang bisa memiliki personal branding adalah mereka yang punya keistimewaan dalam aktivitasnya atau dalam karirnya, atau keduanya.