Tukar saja Guendouzi dengan apapun. Sebab tidak ada satu pemain pun, sepanjang sejarah Arsenal memiliki pemain seperti Guendouzi, tampil buruk sepanjang musim.
Unai Emery membelinya dengan harga 8 juta poun dari FC Lorient, Perancis. Masih muda, memang, 20 tahun usianya. Sialnya, ia bermain lebih dari separuh musim sebagai starting-eleven: 33 kali (61%) di Premiere League dan 10 kali (51%) di Europa League.
Dengan prosentase sebanyak itu tidak ada yang ia lakukan --atau berikan-- untuk tim.
Â
Selayaknya hubungan sebab-akibat, kehadiran Guendouzi telah membuat 2 (dua) efek buruk, yakni (1) dipinjamkannya Smith-Rowe ke RB Leipzig, Jerman dan (2) pemain tengah lainnya jadi tersingkir ke bangku cadangan. Elneny dan Ramsey, salah duanya.
Alih-alih mengubah strategi kala Arsenal tertinggal, pilihan utama Emery adalah Guendouzi. Emery memainkannya, aku kira, sekadar bermodalkan kepercayaan dan kedekatan --Guendouzi pernah bermain di tim U-20 Paris St-Germany ketika Emery menjadi pelatih kepala tim utama.
Arsenal bukannya tidak ingin memainkan pemain muda, tapi ketika berlimpahnya pemain dari Akademi Klub Arsenal, justru Guendouzi datang dan menutup semua kesempatan.
Satu-satunya prestasi yang bisa diapresiasi adalah ketika ia bisa membuat kesal Fellaini dengan menjambak rambutnya ketika berhadapan dengan Man-Utd. Selebihnya, tidak ada lagi tempat untuk Guendouzi di Arsenal. Musim depan hinggan musim-musim yang akan datang.
Atau ini semua bisa disederhanakan dengan sebuah pertanyaan: apakah (benar) Goundouzi bisa bermain sepakbola?
2/
Sebelum akhirnya Ozil menandatangani perpanjangan kontrak hingga 2 tahun pada musim lalu, Mustafi merupakan pemain dengan gaji termahal di Arsenal. Konyol dan tolol.
Kedatangannya ketika itu diharapkan oleh Wenger menjadi suksesor bagi Per-Mat. Ternyata tidak. Proyeksi itu gagal seiring gagalnya Mustafi menjaga garis pertahanan Arsenal. Ia menjadi pintu masuk bagi setiap serangan tim lawan.
Bahkan kontributor fans Arsenal untuk Fansided --media daring terkemuka yang diisi oleh para penggemar tim Inggris-- Andrew Dowdeswell sampai menulis "Mustafi has not ironed out the simple mistakes he was making early in his time at Arsenal. Three years later, it is safe to say he isn't good enough."
Apalagi jika melihat statistik Mustafi selama membela Arsenal sungguh menyedihkan, dari 84 kali penampilan ia hanya berhasil membuat 12 kali hadangan tembakan. Sisanya lewat begitu saja.
Emery mesti berpikir jauh lebih keras --jika ia mampu, tentu saja-- untuk lebih memerhatikan lini belakang. Sebab dengan alasan inilah sepertinya kita mahfum alasan Arsenal mendatangkan kiper muda asal Jerman, Brant Leno: bukan hanya untuk menjaga gawang, tetapi melapisi pemain bertahannya yang tidak mampu menjaga lini pertahanan.
Opsinya kini ada pada Rob Holding, Dinos, atau menjual Mustafi kepada siapa saja yang mau menerimanya. Sokraris dan Lolo sudah terlampau tua.
3/
Sebelum semua terlambat dan Bayern Munchen menggunakan segala cara untuk mendatangkan Leroy Sane, sebenarnya Arsenal memiliki khans besar untuk memboyongnya ke Emirates Stadium.
Alasannya cukup sederhana dan jelas: Â sampai akhir musim ini ia jarang mendapat menit bermain di Man-City.
Penawarannya bisa dimulai dengan menukar 3 pemain Arsenal sekaligus kepada Man-City: Mustafi, Guendouzi, dan Xhaka. Sebuah penawaran yang menarik, bukan?
Memang di bawah asuhan Emery ketiga pemain ini amburadul, tetapi dengan tangan dingin Pep, seorang manusia yang awalnya hanya bisa berlari kini menjadi seorang penyerang yang menakutkan tim lawan: Raheem Sterling.
Apalagi musim depan Vincent Kompany sudah tidak lagi berseragam The Citizens. Kedatangan seorang Mustafi pasti amat membantu. Guendouzi dan Xhaka paling tidak bisa menjadi alternatif selain Fernandinho untuk lebih memperkuat lini tengah Man-City.
Keduanya diuntungkan secara praktis. Meski beberapa saat yang lalu Legenda dan Presiden Bayern Munchen, Karl-Hans Rumanenge sudah mulai membawa isu-isu premodial kepada Sane: bahwa sebagai orang Jerman lebih baik bermain untuk tim Jerman.
Padahal pada gelaran Piala Dunia 2018 kita sama-sama tahu betapa menyakitkan Sane tidak ikut bersama teman lainnya membela timnas Jerman.
Hei, Karl-Hans Rumanenge, apa yang kamu coba lakukan kepada Leroy Sane itu basi, madingnya sudah (mau) terbit!!!
4/
Lupakan formasi 3-4-3 peninggalan Wenger. Bahkan sebagai orang yang membuat itu saja sudah tobat pada bulan-bulan terakhir bersama Arsenal. Formasi itu sudah tidak bekerja dan habis masa jayanya kala Conte membawa Chelsea juara 2017.
Sayangnya Emery masih menggunakan semua. Hal ini seakan menggambarkan kalau Emery datang seperti tidak membawa apa-apa dan tidak mengubah apa-apa di Arsenal.
Meski secara strategi formasi 3-4-3 milik Emery lebih dinamis, tapi iramanya tetap sama: eksplorasi kedua sayap kanan dan kiri tanpa ampun.
Masih banyak opsi, apalagi musim depan, jika benar semua yang kutulis pada poin 1-3, benar terjadi. Tidak ada Mustafi, Guendouzi, dan Xhaka.
Yang justru aku bayangkan pada musim depan adalah Emery menonton film dokumenter The Invicible, Arsenal dan bisa mengembalikan kejayaan Arsenal sebagai pemeran penggantinya: Auba sebagai Thiery Henry; Laca sebagai Wiltord; dan Ozil sebagai Bergkamp.
Apalagi nanti ditambah pemain pendukung: Micki sebagai Pires; dan Sane sebagai Freddie Ljungberg.
Itu saja dulu, baru nanti bicara 4 besar, juara Premiere League dan tidak terkalahkan sepanjang musim. Bertahap.