Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi | Yang Tidak Lagi Kau Kenali, Ibu

16 Januari 2019   17:02 Diperbarui: 16 Januari 2019   19:23 572 20
/1/
Kutanggalkan kedua tangan 
tepat menempel dengan 
daguku. Di sana, tempat penampungan 
airmata bercucuran. 

Namamu 
ialah, warta yang selalu 
hadir dalam tiap-tiap doaku. 
Dan Tuhan, barangkali bosan mendengarkan itu. 

Di peraduan rindu, 
di sela-sela jemariku, kau 
menimbun sisa-sisa kenangan 
yang teramat sulit kubenamkan. 

Malam pada satu waktu 
hujan, 
tak ada istimewa 
selain rindu dan kenangan 

membunuh 
masa lalu, 
tumbuh 
duka baru. 

/2/
Kenangan, 
berjalan perlahan dari malam ke malam, 
dari dendam ke semenanjung kepulangan. 

Subuh itu, khotbah Khotib dengan lantang 
dari mimbar masjid mengiringi 
langkah kaki 'tuk kembali. 
; menuju pelukan yang menenangkan. 

tunas-tunas pohon kini menjulang; menantang 
langit, jalan dilumuri aspal abu-abu. 
Di perjalanan pulang, 
rindu ini mengebu-gebu. 

/3/
Bagi para penyair, Ibu,
tanganmu tak ayal samudra biru
yang tak kenal dasar, yang tak kenal tepi
yang tak (lagi)... aku kenali.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun