Sebagai penyair, hidupnya tak jauh lebih baik dari seorang guru honorer. Yang bedakan hanya satu: guru honorer dapat upah kerja meski pembayarannya sering telat, tapi pasti; sedangkan penyair, belum tentu dapat bayaran dari tiap puisi yang ditulisnya. Seperti itulah hidup penyair. Kau tahu, cara penyair perindah hidupnya itu dengan terus menderita. Puisi-puisi itu ditulis dari timbunan dan tumpukan sedih dan luka.