Mohon tunggu...
KOMENTAR
Music Pilihan

Taylor Swift: Maksudnya "Ramdhani", Bukan "Style"

5 Maret 2015   22:40 Diperbarui: 2 Juli 2019   11:01 374 2

Indikator lagu bagus, bagi saya, sang pemilik lagu bisa menyanyikan itu dengan sangat baik ketika live perform. Bukan sekedar dari musikalitas dan lirik lagunya. Alasannya sederhana: sang pemilik lagu semacam konseptor yang melakukan presetasi apik di depan investor (baca: orang-orang yang akan membeli karyanya). Maka, tidaklah heran bila para musisi luar negeri khususnya bisa “gila-gilaan” di panggung saat live perform.

Apa di antara kalian sudah mendengar lagu Taylor Swift yang baru-baru ini dari video clip-nya populer itu di YouTube: Style? Kalian mesti juga melihat live perform Swift (Taylor Swift maksudnya, anggaplah itu panggilan sayang saya padanya. Selenjutnya saya akan menulis “Swift”, bukan karena terlalu panjang atau malas menulis lengkap namanya, tapi lebih karena di Indonesia terlalu banyak jasa jahit-menjahit dan sejenisnya itu menggunakan kata “Taylor” di awal kata untuk nama toka miliknya. Sebagai orang yang tulus mencintainya, saya tidak tega). Di YouTube banyak, tapi perform terbaik Swift menyanyikan lagu itu, bagi saya, adalah ketika Victoria Secret 2015.

Saat itu Swift menyanyikan dua lagu. Style dan Blank Space, yang sempat bertahan di chart teratas Billboard hingga beberapa minggu. Banyak pengamat dan pemerhati musik menduga Swift akan memborong piala Grammy tahun ini. Tapi, seperti halnya cuaca, kita hanya bisa menduga, selebihnya urusan Tuhan. Dan kenyataan pun angkat bicara: Swift tak satu pun dapat piala Grammy yang ia bisa bawa pulang.

Bersama puluhan model Victoria Secret, dengan pakaian yang semestinya dikenakan secret (hanya dia dan bayangan di cermin yang tahu), tapi malah diumbar ke mana-mana, Swift tetap bisa membuat saya fokus melihatnya, menikmati lagu yang ia nyanyikan, dan sing a long bersamanya tentu saja. Juga karena Swift memang tampil sangat cantik di sana. Saya suka. Ia menyanyikan lagu “Style” dengan manis.

Tapi barulah cibiran bermunculan setelah itu. Banyak fans Swift yang merasa kalau lagu itu semata dibuat untuk mantan kekasihnya, Harry Style. Swift dituduh belum move on. Swift menye-menye dengan lagu itu demi mengenang Harry Style. Ah, betapa jahatnya orang-orang (dan salah satunya kekasih Style yang baru) menuduh seperti itu.

Swift cantik. Piawai membuat lagu. Suaranya bagus. Belum bisa move on itu aneh. Tidak masuk akal. Ya, walau pun saya mengakui banyak lagu-lagu Swift itu berasal dari kisah cintanya. Tapi itu bukan berarti belum move on, kan? 

Bukankah lagu yang menyentuh dibuat dari hati yang benar-benar keruh? Swift menafsirkan perasaan hatinya, lalu dituliskan dalam lirik. Dan, musik menyusul setelahnya. Maka kita serasa terwakili ketika mendengar lagu-lagu buatan Swift.

Dan lagu Style, saya pikir itu sebatas multi-tafsir semata. Mengkait-kaitkan satu dengan yang ada. Padahal bukan itu maksudnya. Setidaknya saya meyakini satu hal dari lagu Style bila benar itu untuk seseorang, maka seseorang itu saya. Maksudnya, tidak mungkin Swift membuat lagu berjudul: Ramdhani. Ada dua alasan. Pertama. Lagu itu masih jauh dari momen bulan puasa. Jadi kalau pun sengaja dibuat, pasti tidak laku. Swift butuh makan, dandan, dan Skype-an dengan saya, karena kita LDR-an (Swift di Amerika, dan saya di awing-awang saja). Kedua. Perlu saya tegaskan, saya dan Swift telah sepakat, kalau kita merahasiakan hubungan. Orang jaman dulu sering menyebutnya: backstreet. Jadi wajar saja kalau lagu itu berjudul Style, bukan Ramdhani.

Meski dari lagu itu, ingin sekali saya tanyakan pada Swift: I love you, but when you love me? Take me home. And we are gonna a big family.*

*) di satir dari lagu SORE - No Fruit For Today

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun