Kemaren, saya menerima kiriman buku dari Social Agency (Baru), toko buku online di aplikasi Tokopedia. Sejak ramai toko online sangat jarang saya ke toko buku apalagi saya sekarang tinggal di kampung halaman, Muara Teweh Kalimantan Tengah, yang jaraknya jauh dari toko buku. Butuh 7 jam perjalanan darat untuk sampai ke Gramedia terdekat, bayangkan ongkos ojek onlinenya- senyum.
Dulu, saingan Social Agency adalah toko toko diskon lain dan fotocopian. Mahasiswa berkolaborasi dengan pengusaha fotocopi untuk membajak buku dengan hati yang lapang. Bukan hanya buku dalam negeri tapi juga buku luar negeri yang mahal mahal itu. Sedap sekali rasanya kalo buku mahal berhasil dibajak- terbayang panennya seandainya yang dibajak itu sawah - senyum lagi.
Ketika beres beres rumah, buku-buku fotocopian yang dulu sempat berjasa, saya buang dengan perasaan berdosa. Teriring permintaan maaf kepada semesta dan pengarang buku yang tidak mungkin tersebutkan satu per satu. Sambil berharap semoga buku fotocopian itu suatu saat bisa saya beli lagi yang asli- original.
Pada masa akhir kuliah dulu, mulai dibuka toko buku baru di jogja yaitu Togamas. Togamas tampaknya punya jaringan dan modal yang kuat. Meski mungkin tidak sekuat modal toko buku Gramedia. Togamas datang sebagai lawan tangguh bagi Social Agency karena selain bangunannya lebih representatif buku bukunya juga DISKON plus sampul plastik gratis! (Sama dengan toko buku diskon yang sudah ada).
Sampul plastik itu ternyata sangat berguna. Buku-buku bersampul plastik yang saya beli 28-25 tahun lalu kalo sampulnya dibuka tampak seperti baru meski gambar sampulnya masih sederhana. Buku buku yang saya beli online tidak ada lagi sampul plastiknya- senyum.
Meski ditantang dengan kehadiran Togamas, Gramedia, Toko buku Social Agency, Raja Murah, saat itu tetap eksis. Saya sering ke gramedia atau ke togamas dahulu untuk melihat lihat buku yang ingin dibeli kemudian baru menawar harga diskon di Social Agency.
Sekarang toko toko diskon di Jogja mungkin sudah menyesuaikan diri untuk tidak menjual buku bajakan, di aplikasi online Social Agency Baru selalu melampirkan Surat keterangan asli dari penerbit. Semoga toko lain sejalan seiring dalam rangka menghargai pengarang buku.
Dahulu di zaman saya kuliah tantangan yang dialami toko buku diskon berbeda dengan sekarang. Namun mereka survive kenapa toko buku besar macam Gunung Agung Terkapar?
Tampaknya mereka gagal beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Internet banyak memberikan dampak, pemilik dan karyawan sulit berubah maka toko buku pasti mandeg.
Terlalu banyak yang berubah karena perkembangan internet termasuk gaya belajar orang sekarang, mungkin mereka lebih menyukai buku digital dan belanja buku online yang tidak memerlukan seni tawar menawar atau bayar parkir.
Padahal dulu saya menikmati jalan jalan di toko buku seperti berada di belantara ilmu pengetahuan, bila ada buku yang menarik selalu berharap bisa menambah wawasan kecerdasan dan kewibawaan, ini apa sih? - senyum.