Topografi Jakarta memang lebih rendah dari Bogor dan Depok. Ada yang berpendapat: butuh 3 gunung di Bogor untuk menguruk Jakarta. Ada yang usul, ibu kota dipindahkan saja. Semua baru hanya wacana, omong-omong, kata-kata !
Kelakuan membuang sampah sudah tidak ketulungan buruknya, sampai drainase penuh sampah yang menjadi tanah, pompa sedot banjir tersumbat. Lalu muncul ide smart tunnel untuk mempercepat larinya air ke laut.
Korban jiwa puluhan, rugi materi puluhan triliun, pengungsi puluhan ribu. Balada Ebiet G Ade mengingatkan manusia untuk bertobat, supaya Tuhan dan alam tidak marah.  Baru era Jokowilah, Gubernurnya benar-benar bekerja dan peduli buat atasi banjir. Sungai diperdalam, waduk disterilkan, peresapan digenjot, area hutan kota dimobilisasi, dst.  Terlepas dari bagusnya Jokowi & Ahok bekerja, tetap saja Tuhan dan alam marah. Ia kado khusus buat Jakarta dan warganya.
Manfaat kado khusus buat Jakarta
1. Kota Jakarta dicuci habis oleh air hujan dan air sungai. Sampah-sampah dihanyutkan oleh sungai ke laut. Debu dan kerak kota disikat oleh air. Racun kota dibersihkan. Proses detoks yang bermanfaat. Setelah banjir reda, nafas jadi longgar, udara cerah kembali, warga beraktifitas normal kembali. Sambil menumpuk sampah kembali, racun dibuat kembali, siklus pembersihan segera terulang lagi, nanti.
2. Warga Jakarta dicuci oleh kelakuannya sendiri. Yang banyak membuat masalah, akan menerima imbalannya. Yang menderita secara fisik, semoga bertobat secara batin, dan merubah kelakuan mengotori lingkungan. Begitu, tenda pengungsian dibereskan, lantai rumah di pel dengan karbol, mobil motor yang terendam dibawa ke bengkel, gardu PLN dihidupkan, asuransi membayar klaim, wajah Jakarta berubah seolah sudah sembuh dari sakit, tidak pucat dan mulai memakai lipstick. Tak lama lagi, dandanan sungai dan waduk berubah kembali dangkal. Kening Gubernur mengernyit kembali. Seperti proses mandi setiap hari, badannya kotor lagi.
3. Doa dan iman membasuh hati warga. Yang merasa telah berdosa banyak bagi banjir Jakarta, meraung-raungkan doa dan pengampunan dari Tuhan yang diam. Alam yang disakiti, juga melantunkan doa-doanya demi pertobatan total penghuni Jakarta. Tapi semua doa permohonan seolah hanyut begitu saja oleh perilaku berlangganan yang tak mau peduli, tak mau teratur, tak mau disiplin. Program kerja pencegahan banjir ditinggalkan dan dilupakan orang. Resolusi tahunan hanya ritual belaka, kelakuan tetap sama. Pertobatan hanya menyembuhkan sesaat. Tuhan menanti Jakarta bersih, luar dan dalam.
4. Jakarta melahirkan pemimpin baru. Demand terhadap kepemimpinan yang pro-rakyat, terus mengalir bertubi-tubi. Rakyat merindukan perubahan, Jakarta Baru. Lalu terdesaklah pemimpin lama yang tidak becus dengan pemimpin yang dianggap lebih beres. Solusi baru dan ide-ide baru mulai dicurahkan di sidang wakil rakyat. Sang Gubernurpun blusukan ke jendela dan dapur rakyatnya. Ia menjadi malaikat penolong warga Jakarta. Komentator dan kritikus perkotaan ada yang nonton terdiam, ada yang beranalisa dan berwacana, ada yang usul ide tandingan, ada yang berpolitik, ada yang ingin menjatuhkan dan ada yang ingin menjebak. Kesemuanya itu adalah kado indah buat pemimpin, siapa saja dia.
Setelah Jakarta dicuci tahun 2013, jadwal kado itu datang lagi, nanti tahun 2018. Siapkan diri dicuci dan bersih-bersih lagi.