Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Popularitas Kopi Lintong Masih Terasa Pahit

18 Agustus 2014   19:54 Diperbarui: 9 November 2017   13:58 347 0

Popularitas

Kopi lintong,

masih terasa pahit…

 

 

Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai penghasil kopi Arabika Lintong, layak bangga dengan popularitas yang sudah sampai ke seantoro penjuru dunia.Pemerintah Daerah Kabupaten ini terus berbenah diri mengembangkan seluruh potensi yang ada termasuk gigih merancang berbagai terobosan program pengembangan industri kecil dan menengah,khususnya kopi. Dibalik kebanggaan yang ada, keberadaan kopi arabika lintong bagi kehidupan petani maupun pelaku usaha masih terasa pahit akibat berbagai permasalahan yang melilit.

 

 

 Humbang Hasundutan merupakan salah satu sentra produksi kopi arabika di Sumatera Utara. Luas lahan perkebunan kopi adalah 11.021,30 ha dengan total produksi 5.934,62 ton (www.humbanghasundutankab.go.id) tersebar di tujuh kecamatan yakni Kecamatan Paranginan, Kecamatan Lintongnihuta, Kecamatan Doloksanggul, Kecamatan Pollung, Kecamatan Sijamapollang dan Kecamatan Onanganjang. Adanya produksi kopi ini telah memberikan kontribusi penting bagi perekonomian masyarakat dan daerah. Baik melalui perdagangan kopi secara langsung, produk olahan dan sektor jasa. Keadaan ini tentunya didukung oleh letak geografis, suhu dan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhannya sehingga luas kebun kopi cenderung bertambah.

Kopi Lintong sebutan untuk kopi Arabika khas Humbang Hasundutan sudah dikenal jauh sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya dibawa oleh para Missionaris ke Tapanuli Utara sekitar tahun 1800. Bukit barisan menjadi areal penanaman pada saat itu tepatnya di daerah Lintongnihuta.umumnya yang di tanam adalah varietas Lasuna ( Catimor ).

Fully Body,kekentalan yang bagus, keasaman yang relatif rendah,rasa coklat serta sedikit rasa rempah merupakan karakter yang sangat khas dari kopi lintong hingga banyak digemari di pasaran Internasional seperti Belanda, Jepang, Amerika, Australia, Inggris dan Jerman .  

 

Permasalahan yang melilit

 Permasalahan klasik yang terjadi baik bagi petani, pelaku usaha dan pelaku pasar yang hingga kini belum ada solusinya. Pertama,fluktuasi harga kopi yang tidak menentu paling tegas dirasakan petani ketimbang entitas lain dalam tata niaga kopi. Harga – harga sering berfluktuasi dengan jarak yang lebar. Jika bagi pelaku lain harga masih bisa ditawar naik, harga itu sudah menjadi paku mati bagi petani. Belum lagi harga pupuk yang sangat mahal, pupuk bersubsidi kurang tersosialisasi melalui petani secara langsung ataupun kelompok tani, kata lain hanya dimanfaatkan oleh pengurus atau grosir eceran membuat petani kewalahan dalam memperoleh pupuk sehingga segi produktivitas kopi, hal ini sangatlah berpengaruh.

Kedua,indikasi geografis yang merupakan suatu tanda yang menunjuk tempat, wilayah tertentu atau daerah asal suatu barang,yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam , faktor manusia, atau kombinasi kedua faktor tersebut yang memberikan ciri, karakteristik, reputasi atau kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.Hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Manfaat dari perlindungan indikasi geografis ini adalah :

1. Memperjelas identifikasi produk dan menetapkan standarproduksi dan proses diantara para pemangku kepentingan indikasi geografis.

2. Menghindari praktek persaingan curang, memberikan perlindungan konsumen dari penyalahgunaan reputasi Indikasi Geografis.

3. Menjamin kualitas produk  Indikasi Geografis sebagai produk asli sehingga memberikan kepercayaan pada konsumen.

4. Membina produsen lokal, mendukung koordinasi, dan memperkuat organisasi sesama pemegang hak dalam rangka menciptakan, menyediakan, dan memperkuat citra nama dan reputasi produk.

5. Meningkatkan produksi di karenakan di dalam Indikasi Geografis di jelaskan dengan rinci tenteng produk berkarakter khas dan unik.

6. Reputasi suatu kawasan Indikasi Goegrafis akan ikut terangkat, selain itu Indikasi Geografis juga dapat melestarikan keindahan alam, pengetahuan tradisional, serta sumber daya hayati, hal ini tentunya akan berdampak pada pengembangan Agrowisata.

Ketiga,budidaya kopi di Kabupaten Humbang hasundutan sejauh ini masih dilakukan oleh masyarakat melalui pola tradisional dan umumnya dilakukan dengan cara pembukaan lahan berhutan dan penggunaan sarana produksi (Saprodi) kimia dalam pemeliharaan serta perawatannya. Kondisi ini senyatanya memberikan tanggapan balik yang tidak menguntungkan untuk produktifitas kopi dan keberlanjutan perdagangannya di masa sekarang dan yang akan datang, karena praktek ini telah memberikan kontribusi positip terhadap kenaikan suhu lokal dan global akibat semakin berkurangnya kawasan berhutan yang fenomenanya dapat dilihat dengan perobahan jadwal musim hujan dan kemarau sehingga seringkali menyebabkan kegagalan pembuahan tentu hal ini sangat berpengaruh pada produktivitas kopi.

 

Menyingkapi kondisi tersebut seharusnya ada dorongan program pemerintah melalui gerakan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan dengan tidak mengabaikan peran masyarakat,menunjukkan pentingnya praktek-praktek terbaik dalam usaha pengelolaan lingkungan khususnya dalam hal ini adalah budidaya kopi lintong.

 

 

Peningkatan Sinergi dan Kolaborasi

Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan melalui Dinas terkait di Tingkat Provinsi dan Daerah diharapkan bisa menetapkan kebijakan terkait permasalahan yang ada. Meskipun permasalahan yang melilit petani maupun pelaku usaha sangat kasuistis, tidak mustahil juga dialami petani di daerah lain di nusantara ini . Dinas Pertanian di sektor hulu misalnya sudah selayaknya lebih mendekatkan diri dengan petani melalui program Sekolah Lapang Pertanian (SLPT) dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sehingga diharapkan peningkatan pengetahuan petani tentang budidaya kopi yang berkelanjutan. Di sektor hilir, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi diharapkan mampu mensinergikan langkah dengan segenap pemangku kepentingan terkait bagi tumbuh kembangnya IKM kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Sementara itu Kabupaten Humbang Hasundutan dengan getah Kemenyan yang terkenal,objek wisata dengan kearifan lokalnya serta luasnya hamparan dataran tinggi yang kaya kandungan potensi kandungan mineral dan bahan tambang yang belum sepenuhnya digarap menjadi harapan tersendiri bagi kemakmuran rakyatnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun