Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

PELEM BERJUDI

13 April 2011   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 499 0
Entah bagaimana asal muasalnya, dan kapan mulainya, sekarang ini banyak kota di Indonesia punya semboyan berupa singkatan, dan singkatan tersebut juga mempunyai arti yang positif. Menurut pengamatan saya, mayoritas semboyan tersebut adalah suatu cerminan keadaan yang dicita-citakan oleh sebuah kota. Biasanya pula semboyan tersebut mudah dimengerti, dipahami dan diingat.

Ambil contoh misalnya Purworejo Berirama. Berirama adalah singkatan dari Bersih, Indah, Rapi, Aman dan Makmur. Karanganyar Tenteram (Tenang, Teduh, Rapi, Aman dan Makmur). Surakarta Berseri (Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah). Berirama, Tenteram dan Berseri juga memiliki arti yang positif, dan mudah diingat.

Dan masih banyak lagi.

Kalau kita cermati, maka kata-kata yang disingkat memiliki jenis kata sifat/keadaan, dan kita bisa secara langsung membayangkan keadaan tersebut, atau mem-visualisasikan dalam alam pikiran kita. Misalnya kata ‘bersih’, maka kita bisa mengerti dengan jelas, bisa memahami dengan pasti, bisa membayangkan tentang ‘bersih’ itu sendiri. Atau misalnya kata ‘indah’, kita bisa mengerti dengan jelas, bisa memahami dengan pasti dan bisa membayangkan tentang ‘indah’ tersebut. Dan seterusnya.

Nah, ada satu kota yang saya temukan, memiliki semboyan yang menurut saya semboyan tersebut di luar kebiasaan, agak janggal. Dan sulit untuk segera dipahami dan tidak bisa divisualisasikan, bahkan jenis kata penyusunnyapun bukan kata sifat.

Kota apa itu?

Wonogiri Sukses.

SUKSES singkatan dari STABILITAS, UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT JUANG.

Menurut saya semua kata yang disingkat, tidak berjenis kata sifat, sehingga sulit untuk dipahami dengan mudah, dan tidak bisa divisualisasikan. Ambil contoh: Undang-undang. Apa yang dimaksud dengan Undang-undang ini? Apakah Wonogiri memiliki Undang-undang? atau masyarakat Wonogiri taat pada Undang-undang? atau apa yang dimaksud? Atau contoh lain: sasaran. Apa sasarannya? sasaran siapa? Evaluasi, apa yang dievaluasi? siapa? mengapa? dan seterusnya.

Pokok masalahnya adalah karena tidak menggunakan kata sifat melainkan kata benda, so, ‘so what’?
Ada apa dengan ‘koordinasi’, ada apa dengan ‘stabilitas’? ada apa dengan ‘semangat juang’?

Itulah yang berkecamuk di kepala saya setiap kali membaca Wonogiri Sukses! Sangat aneh dan janggal.

Keanehan dan kejanggalan ini, saya telan saja bulat-bulat, terserah yang ‘mbuat’ deh. Toh tak ada orang Wonogiri yang resah dengan semboyan ini. Saya saja yang kurang kerjaan. He he he.

BTW, bagaimana dengan kota anda? punya semboyan juga?

Teman saya, sebagai sesepuh di desa Pelem, memberi semboyan desanya, Pelem BERJUDI.

Bersih, Jujur dan Disiplin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun