Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Perkembangan Teknologi dalam Pembuatan Batik Tradisional

16 Februari 2011   06:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:33 997 1
Industri batik tradisional, yang menyerap sekitar 800 ribu pekerja di seluruh Indonesia, ternyata dalam proses produksinya  tidak luput dari dampak buruk bagi lingkungan. Pada 2009,  industri batik tercatat sebagai penghasil emisi karbon tahunan tertinggi diantara sektor sejenisnya.

Ini terjadi akibat ketergantungan yang tinggi pada penggunaan BBM dan listrik dalam proses produksi batik tradisional. Ada banyak juga sentra industri batik yang berlebihan menggunakan lilin, celupan bahan kimia dan pemutih buatan yang sangat membahayakan manusia dan lingkungan.

CBI menawarkan pendampingan dan pelatihan bagi 500 Usaha Kecil Menengah (UKM) batik yang tersebar di 6 Provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur.  Ide dasar CBI adalah untuk meredam dampak buruk pembuatan batik tradisional pada lingkungan hidup. Penghematan biaya produksi batik melalui manajemen yang baik, penanganan bahan dan limbah kimia, serta efisiensi air dan listrik.

Skema materi pelatihan secara umum akan mencakup produksi yang berkelanjutan (pelatihan proses batik tradisional yang ramah lingkungan dan energi), konsumsi yang berkelanjutan (pendekatan bisnis dan teknologi untuk merangsang kemajuan industri batik yang ramah lingkungan) dan forum-forum kebijakan tentang industri batik (pertemuan antara pemegang kebijakan dan kelompok lobi industri).

Martin Krummeck, Program Director EKONID, menyatakan bahwa akan ada instrumen dan metode yang diterapkan terhadap target efisiensi selama 4 tahun tersebut,  juga rencana evaluasi setiap tiga bulan. Hal tersebut perlu disiapkan sehingga efektifitas CBI nantinya bisa terukur jelas dan kemudian 'ditularkan' pada perajin maupun produsen batik tradisional lainnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun