Sebelumnya kesampingkan dulu definisi, batasan-batasan yang hebat tentang Pendidikan Karakter. Kesampingkan juga pandangan-pandangan miring yang menyatakan bahwa Pendidikan Karakter hanya untuk menggendutkan anggaran Pendidikan Nasional, tanpa arah, sehingga tuntutan penyediaan sarana prasarana bisa dikesampingkan, karena anggaran juga banyak tersedot untuk kegiatan-kegiatan 'ajaib' ini. Sedianya, pendidikan itu memang ditujukan untuk membangun karakter seseorang, atau lebih tepatnya peserta didik. Sebagai contoh, karakter berfikir logis dapat diberikan atau dibangun melalui mata pelajaran matematika dan bahasa, karakter peduli sesama, dapat diberikan atau dibangun melalui mata pelajaran IPS dan seterusnya.
Sekarang mengapa ada Pendidikan Karakter? Alasan yang paling sering dilontarkan oleh para pemangku kepentingan (anggaran) adalah perlunya penguatan. Singkatnya, Pendidikan Karakter merupakan langkah penguatan pendidikan. Langkah penguatan atau takut dibilang pendidikan gagal?
Melebar sedikit, tidak tanggung-tanggung biaya yang dialokasikan untuk pelaksanaan pengintegrasian Pendidikan Karakter ini cukup besar, meski hasilnya, sejauh ini masih berupa dokumen-dokumen yang tertumpuk di meja atau dimasukkan ke dalam kardus untuk kepentingan pemeriksaan semata.
Dipercepat saja dulu, bahwa Pendidikan Karakter bukti bahwa pendidikan gagal atau bukti bahwa kementerian pendidikan nasional tidak mengerti ruh / cita-cita pendidikan.
KEMBALI KE ARTIKEL