Siem Reap berarti siam telah takluk, namanya merujuk pada konflik pada zaman kerajaan dahulu antara Kamboja dan Siam (Thailand). Bahkan sampai saat ini hubungan kedua negara masih panas sehubungan perebutan candi Prah Vihear yang terletak di perbatasan kedua negara. Kota Siem Reap sendiri ukurannya tidak besar – besar amat, mungkin kalau di Indonesia bayangannya seperti di ubud yang hanya seluas kecamatan saja. Namun kota kecil ini luar biasa, dahulu pada tahun 90-an kota ini menjadi sarang penyamun, bandit dan penjahat dan kini mampu bertransformasi menjadi kota transit yang disinggahi jutaan orang dari penjuru dunia setiap tahunnya. Apa gerangan yang bisa merubah kota ini? Apalagi kalau bukan kompleks candi seluas 3000km², kompleks candi terluas di dunia, Angkor Wat.
Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi saat pesawat ATR 72 Angkor Air dari Phnom Penh touchdown di Siem Reap International Airport,yak seperti di Phnom Penh, bandara di sini lebih mirip resort daripada bandara konvensional. Begitu keluar, tanpa banyak babibu saya langsung ngetag supir tuk - tuk untuk disewa seharian mengelilingi Angkor Wat. Tak terbayang candi – candi apa yang akan dijumpai di sana.
Hotel tempat saya menginap letaknya berada di dalam – dalam gang yang bahkan belum beraspal tapi fasilitasnya jangan ditanya, sudah berstandar internasional terlihat dari banyaknya turis – turis asing yang menginap, memang rata – rata hotel – hotel kelas menengah di Siem Reap letaknya seperti itu, rata – rata hotel – hotel yang berada di pinggir jalan besar merupakan resort – resort mewah yang bisa ditebak sendiri harga per malamnya berapa. Sebentar saja saya di hotel hanya untuk check in dan menaruh barang dan setelah itu langsung lanjut menuju Angkor Wat.
Angkor Wat sendiri ialah merupakan bagian dari Angkor Archaeological Park seluas 3000km² seperti yang sudah saya katakan tadi dan terdiri dari ratusan candi. Untuk masuk ke dalam kompleks ini, kita diharuskan membeli tiket terusan yang berlaku selama sehari, 3 hari atau bahkan seminggu jika kita stay lama di sini seperti banyak turis – turis asing lainnya. Karena saya hanya semalam berada di sini tentunya saya mengambil tiket untuk sehari saja. Uniknya lagi kita diharuskan untuk difoto dan fotonya dicetak ke dalam tiketnya untuk mencegah pemalsuan . Dengan sistem tersebut kita sendiri bebas untuk keluar masuk kompleks ini kapan saja sesuka hati. Canggih yah, bahkan tiket untuk masuk candi Prambanan dan Borobudur aja tidakseperti di sini.
Tentunya tidak mungkin untuk mengunjungi semua candi yang ada di situ dalam sehari. Hasil googling menunjukkan ada beberapa candi yang wajib untuk dikunjungi. Angkor Wat jelas merupakan tujuan pertama saya. Angkor Wat merupakan candi terbesar diantara candi – candi yang lain. Angkor sendiri berarti “negara” sehingga arti secara harfiah Angkor Wat ialah candi negara. Angkor Wat memang merupakan kebanggan rakyat Kamboja dan mempengaruhi segala kehidupan mereka hingga dapat menjadi simbol negara serta ikut berkibar pada bendera negara juga.
Sejarahnya nih ya, candi ini dibangun oleh raja Suryawarman II pada awal abad 12. Candi ini menghadap ke arah barat, arah barat sendiri merupakan arah kematian sehingga fungsi candi ini diperkirakan sebagai mausoleum serta candi penghormatan bagi arwah para raja. Bangunan utama Angkor Wat berbentuk seperti gunung Meru, yang menurut mitologi Budha merupakan tempat bersemayamnya para dewa. Candi ini memang megah sekali, saya bersama turis – turis lain sempat tersihir dan terdiam selama beberapa detik saat pertama kali melihat candi ini. Bersama turis – turis yang lain dan kadang – kadang ikut nebeng rombongan – rombongan yang memiliki guide supaya dapat info gratisan saya menelusuri semua tempat yang ada di Angkor Wat ini beserta relief – reliefnya. Sangat mengagumkan bagaimana cara mereka membangun bangunan seperti ini tanpa teknologi yang canggih. Sayang di beberapa tempat bahkan di pintu gerbangnya masih banyak yang sedang dipugar sehingga mengurangi keindahannya. Sangat disarankan juga untuk menggunakan topi dan sunglasses karena teriknya luar biasa maknyusss.
Lanjut dari Angkor Wat saya menuju ke Angkor Thom yang juga merupakan kompleks tersendiri di dalam Angkor Archaelogical Park. Jadi Angkor Thom ini ibarat kompleks di dalam kompleks. Angkor Thom ini tadinya merupakan ibu kota kerajaan pada zaman dahulu. Di Angkor Thom ini, saya hanya akan mengunjungi candi Bayon karena candi inilah paling unik. Candi ini memang unik karena di candi ini terdapat 54 tugu yang dihiasi oleh 216 wajah raja Jayawarman VII saat pencerahan dan disebut Bayon. Candi ini juga dibangun oleh raja Jayawarman VII menjelang akhir hayatnya. Angka 54 sendiri merupakan jumlah daerah yang dikuasasi oleh raja Jayawarman VII pada saat itu. Di beberapa tempat sendiri tersedia spot – spot untuk berfoto sehingga wajah kita dapat pas berhadap – hadapan wajah Bayon itu. Candi ini memang harus dikunjungi apabila kita pergi ke Angkor Archaelogical Park ini.
Candi selanjutnya ialah Preah Khan. Candi Preah Khan ini memiliki keunikan karena banyak terdapat lorong – lorong serta makam raja Jayawarman VII. Untuk menuju makam sendiri lorong – lorong itu akan mengecil dan lantai bebatuannya menjadi tidak rata sehingga tak tersadar kita akan bungkuk dan menunjukkan hormat ke arah makam tersebut. Disinyalir candi ini merupakan tempat tinggal sementara raja jayawarman VII dan menjadi pusat pendidikan ketika Angkor Thom sedang dibangun. Sebagian candi ini sendiri telah menjadi reruntuhan dan beberapa bagiannya juga direnovasi.
Selesai dari Preah Khan, waktunya makan siang. Maka saya meminta supir tuk - tukuntuk membawa saya makan siang ke restoran lebih oke dibandingkan dengan warung-warung yang berada di dekat candi. Ternyata tak jauh Preah Khan banyak restoran – restoran baik yang menyediakan menu western atau makanan tradisional Kamboja. Di depan restoran ini juga terdapat danau buatan yang tampaknya merupakan tempat penampungan air pada zaman dahulu. Sungguh menakjubkan lagi – lagi membayangkan manusia – manusia pada zaman dahulu itu mampu membuat danau buatan seperti ini dengan peralatan sederhana. Makan siang selepas mengunjungi candi – candi serta membayangkan hal – hal tadi ternyata sangat nikmat rasanya.
Setelah makan saatnya saya lanjut ke Ta Prohm. Candi Ta Prohm memang candi yang lain dari yang lain. Ta Prohm ini sangat terkenal karena menjadi lokasi syuting film Tomb Raider yang dibintangi oleh Angelina Jolie. Di Ta Prohm ini juga ini juga candi – candinya banyak ditumbuhi tumbuhan – tumbuhan dan pohon – pohon besar yang usianya mungkin sudah ratusan tahun beserta akar – akarnya juga. Tapi kesan tak terawat justru gak terasa, yang ada kesan alami dan unik karena candi ini justru seolah menyatu dengan alam. Tak heran jika banyak sekali turis – turis di sini sampai – sampai harus antri hanya untuk sekedar foto – foto, apalagi lokasi candi ini juga tidak begitu besar. Berbeda dengan relief – relief di candi – candi lain yang menggambarkan raja – raja dan kejayaan, di sini relief – reliefnya justru menggambarkan rakyat jelata. Ta Prohm jelas wajib dikunjungi apabila kita pergi ke komples Angkor ini.
Hari telah menunjukkan pukul 16.30 sore, di kompleks ini lokasi yang tepat untuk menikmati sunset ialah Phnom Bakheng yang merupakan candi yang berada di atas bukit. Untuk mencapai candi ini kita harus trekking dahulu ke atas bukit selama kurang lebih 15 menit. Jika tidak kuat, kita bisa menyewa gajah yang disediakan oleh pngelola. Tak disangka ternyata di puncak bukit sudah ada ratusan turis yang juga sama – sama ingin menunggu sunset di sini. Candi Phnom Bakheng ini juga tak kalah luar biasanya, bayangkan sendiri bagaimana bisa di atas bukit yang untuk ke sana saja lumayan melelahkan bisa terdapat sebuah candi. Otak ini kembali berpikir dengan cara apa ya orang – orang zaman dahulu dapat membangun candi di tempat seperti ini. Pemandangan sunset juga yang ada di sini juga oke punya. Ratusan turis di sini menjadi hening seakan tersihir saat menikmati sunset disini. Sungguh mendamaikan pikiran...
Sunset telah berlalu, saya pun kembali bergegas kembali ke Siem Reap untuk melihat Apsara Dance di tempat yang direkomendasi oleh supir tuk – tuk saya. Apsara Dance merupakan tarian khas Kamboja yang menampilkan kelenturan tangan dan kaki. Tarian ini sangat sakral pada zaman dahulu, hanya raja dan penguasa kerajaan yang dapat melihatnya. Kalau bagi orang Jawa kayak saya mungkin seperti tarian bedaya ya. Somehow bagi saya tarian ini terlihat biasa saja walaupun banyak turis – turis asing lain yang seakan takjub melihat tarian ini. Mungkin karena sudah sering melihat tarian – tarian seperti itu di sini kali ya...
Gak terasa hari sudah malam, satu – satunya tempat terbaik untuk menghabiskan malam di Siem Reap ialah di Angkor Night Market. Tempat ini merupakan pasar seni yang memang ditujukan untuk turis – turis, lokasinya berada di tengah – tengah Siem Reap. Di sini kita bisa membeli oleh – oleh dan souvenir dengan harga yang bisa ditawar seperti perhiasan, baju – baju bergambar Angkor wat, gelang – gelangan, gantungan kunci, dll. Di luar Angkor Night Market sendiri terdapat banyak pub, cafe serta tempat fish massage yang banyak ramai oleh turis – turis. Saya sendiri akhirnya memutuskan untuk makan malam di salah satu Cafe di sana. Gak terasa besok saya sudah harus kembali ke Jakarta. Berbeda dengan Phom Penh kemarin yang menawarkan wisata kengerian, berwisata di sini sungguh mendamaikan hati dan mampu menjernihkan otak saya.
Esok paginya dengan berat hati saya meninggalkan Siem Reap dan Angkor Wat. Kota kecil serta candi - candi besarnya yang menenangkan jiwa...