Hari  ini, Jumat seminggu yang lalu,  tanggal 5 Juni 2020 bertepatan dengan hari pertama penerapan persiapan  protokol new normal dengan  work from office atau WFO dengan mengikuti protokol covid19 yang berlaku.
Minggu pertama persiapan new normal hanya boleh diisi 25 persen dari total jumlah pegawai di ruangan  pada hari kerja normal saja yang boleh beraktivitas bekerja di kantor atau WFO. Minggu kedua dan seterusnya 50 persen pegawai yang boleh WFO.
Dengan dimulai berlakunya aturan yang mengatur  WFO beserta prosedur pencegahannya artinya aktivitas dan roda ekonomi mulai bergerak menuju normal. Dengan demikian tak ayal lagi akan lebih banyak orang akan beraktivitas di luar rumah. Setiap saat selalu ada peluang terpapar droplets yang mengandung covid19.
Berurusan dengan virus covid19 saat ini hanya bisa dilawan dengan daya tahan immunitas tubuh kita masing-masing. Oleh karena itu menjaga tubuh agar selalu bugar dan fit adalah sebuah urusan yang penting. Kuncinya kita harus bugar.
Banyak cara yang dilakukan agar bugar. Pilihan gaya hidup sehat mulai dari makan makanan bergizi, Â aktivitas olah raga kecukupan istirahat tidur dan bekerja secukupnya adalah komponen pertama dan utama.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, membatasi diri bertemu dengan orang banyak serta menambah asupan vitamin serta konsumsi herbal penjaga daya tahan juga sebuah pilihan bijak lainnya untuk dipertimbangkan.
Lesson Learned from China
China sebagai negara yang pertama kali terpapar virus covid19. Dengan sendirinya punya pengalaman yang lebih kaya dibandingkan dengan negara lain yang terpapar terpapar setelahnya.
Meskipun pada awalnya tertatih dalam mengelola kejadian pandemi covid19 ini. Ada hal baik yang bisa kita pelajari dalam hal tata kelola kebencanaan dari negara ini.
Ada beberapa catatan nilai belajar yang bisa kita adopsi dalam observasi saya.
Pertama, totalitas adalah bagian yang paling menonjol. Termasuk dalam membuat aturan hukum. Ancaman hukuman tembak ditempat atau hukuman matipun sah dilakukan terhadap para pelanggar. Kalau begini siapa yang berani acuh kan..
Kedua adalah menyebarkan optimisme. China tak dapat di sangkal sebagai negara dengan penguasaan teknologi yang tinggi dan jumlah sumber daya manusia yang melimpah. Dengan modal ini, optimisme ditengah keadaan tak berdaya dapat dikonstruksi dengan keahlian dan penguasaan teknologi pembnagunan infrastruktur. Penyangan prose pembangunan fasilitas rumah sakit darurat covid19 disiarkan secara live streaming. Pembangunan rumah sakit khusus corona dapat dirampungkan dalam hitungan hari saja. Hal ini membangun kepercayaan dan optimisme bahwa pemerintah China mampu menguasai keadaan yang buruk sekalipun.
Ketiga, China melakukan perjalanan mundur kebelakang sejenak untuk meloncat jauh kedepan. Begini penjelasannya.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang definitif mengatasi covid 19. Ditengah ketiadaan vaksin yang definitif yang secara khusus di rancang untuk mengatasi virus corona ini para ahli mencari penawar dengan melakukan pendekatan yang disebut "re purposing method". Â Metode penyembuhan covid 19 dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang ada dan sudah dikenal memiliki sifat anti virus dari keluarga virus sejenis.
Apa saja yang dilakukan China saat ini menjadi sorotan dunia dalam upaya mengatasi pandemi selanjutnya memutar roda ekonomi.
Tinggal diam dan pasrah bukan etos dan warisan budaya negeri tirai bambu ini.  Salah satunya tergambar dari usaha membangun dan meningkatkan  immunitas tubuh warganya secara umum.
China sebagai negara yang kaya akan tradisi penyembuhan alami mulai membuka lagi kitab-kitab lama warisan nenek moyang. Tujuannya satu, yaitu untuk mencari jawaban tantangan masa kini dengan referensi yang ada dari masa lampau. Best practice warisan budaya nenek moyang digali dan gabungkan serta aplikasi ulang dengan kemajuan saat  teknologi saat ini. Begitu kondisi perlahan mulai kembali normal, China dengan lantang menyampaikan kepada dunia bahwa ada kearifan lokal warisan nenek moyang yang piawai dalam pengobatan herbal yang membuat China mampu mengatasi pandemi covid 19 dengan gemilang.
China sadar betul, virus Corona ini masih jauh dan panjang proses pencarian penawarnya. Pencarian vaksin proses yang panjang dan rumit. Meskipun setiap negara di dunia sedang berpacu mencari vaksin covid 19, tetapi hanya hitungan jari saja negara dengan kemampuan seperti ini. Bahan baku, alat dan orang yang ahli virus adalah komponen dasar bila ingin masuk dalam gelanggang kompetisi pencarian penawar covi 19 ini. Â Narasinya seperti ini: Memiliki plasma darah dari pasien yang sudah sembuh dari covid. Punya laboratorium bersertifikasi internasional dan yang terpenting ilmuwan yang sangat dekat dekat penelitian virus sejenis covid 19 sebelumnya.
Tidak ada satu negara di dunia ini yang akan memberikan ketiga hal tersebut kalau tidak diperjuangkan sendiri. Dalam hal ini negara-negara di dunia akan terbelah menjadi dua. Menjadi produsen vaksin atau terus saja menjadi pasar vaksin yang akan ditemukan kemudian hari.
Dalam kondisi kebatinan seperti inilah terasa betul negara harus membangun dan bermodalkan teknologi terbaik, sumber daya manusia terbaik disetiap bidang dan penguasaan metodogi terbaik yang ada didunia saat ini. Bila tidak bersiap saja selamanya menjadi ekor bukan kepala, konsumen bukan produsen, penonton bukan pemain, sumber pengeluaran bukan sumber pemasukan, tambah miskin bukan tambah kaya. Tidak ada posisi ditengah kedua pilihan. Terbelah sempurna.
Pasti sudah bisa menebak posisi kita berada?
Kesempatan Menata Ulang Semuanya.
Dalam segala hal selalu ada setidaknya dua cara memandang sesuatu. Sama seperti isi air dalam gelas. Ada yang melihat fakta yang sama dalam cara pandang yang sama sekali bersebrangan. Ada yang memakai kacamata pesimis atau kebalikannya perspektif yang optimis. Kondisi gelas dalam realitas setengah kosong atau setengah isi keduanya benar. Tidak ada yang lebih benar satu dintara yang lainnya. Pilihan cara pandang yang dianut sangat erat dengan hasil yang akan diperoleh di masa depan. Akan menjadi peluang atau jadi persoalan. Terus berdiam diri saja atau terus bergerak mencari cara.
Setiap opsi Pilihan dan kehendak bebas  serta konsekwensi yang di hasilkan melekat pada masing-masing pribadi ditentukan oleh mindset atau world view yang dianut.
Hasil akhirnya adalah apa yang disebut Istilah dalam bidang psikogi  sebagai mekanisme pertahanan diri alias "self defend mechanism". Kemampuan merespon situasi sulit ketika berhadapan dengan persoalan inilah menunjukkan kualitas dan kapasitas tiap individu.
Kondisi covid 19 telah menjadi momok dan mempertontonkan proses seleksi alam yang kejam. Adapt or die. Kira-kira begitulah falsafah di balik "herd immunity" yang mulai banyak di dengungkan hari-hari ini sebagai "rational choices" landasan agar roda ekonomi mulai berputar.
Kita dihadapkan pada kondisi mengambil pilihan yang sama-sama memiliki pahit dan perih. Secara sempit seolah-olah hanya ada 2 pilihan saja tersisa. Pilihan terbelah antara memilih mengutamakan Ekonomi VS Nyawa. Kedua penting tak dapat di sangkal dan tidak pantas untuk di perdebatkan.
Bersyukur bukan saya yang harus mengambil pilihan sulit itu. Politisi, birokrat dan para ahli saya yakin sudah melakukan timbangan-timbangan yang teliti serta rencana-rencana perimbangan untuk mengatasi dampak negatif yang mungkin dapat ditimbulkan dari setiap pilihan apapun yang di ambil.
Dalam lingkup yang kecil, baik secra pribadi atau lingkup keluarga kita juga diperhadapkan oleh pilihan sulit yang sama kok. Menimbang-nimbang setiap pilihan. Teliti dalam menimbang. Bergumul dengan banyaknya alternatif ditengah  hasil akhir yang masih tidak pasti apapun pilihan yang diambil. Covid 19 memaksa kita adaptif dengan segala macam antisipasi dan mitigasi resiko akibat setiap langkah dan setiap pilihan yang akan diambil.
Mudah-mudahan kita bukanlah pihak-pihak yang menerima dampak negatif dari proses perubahan yang sedang berjalan. Selalu bisa beradaptasi dalam segala keadaan melihat sisi terang dalam segala hal.
Seperti syair lirik lagu, " jalan masih panjang...." meski tak tahu ujungnya akan berakhir dimana dan kapan. Pilihan yang tersisa bagi adalah menjaga asa dan bijak dalam melangkah.
Masih Ada Asa
Meski terdengar sayup sayup dan terhalang oleh sura bising dan gaduh nada pesimis dimana-mana ternyata masih ada alasan untuk optimis.
Kabar optimis ini digaungkan oleh seorang dokter seklaigus peneliti virus dan bakteri asal Indonesia. Bernama Dr Suradi. Ramuan herbal anti corona racikannya di klaim sudah dikonsumsi oleh pasien terjangkit covid19 dan berhasil meningkatkan immunitas tubuh sampai dinyatakan negatif pada tes selanjutnya.
Kabar baik ini tidak lantas mengundang decak kagum banyak pihak entah karena alasan apa.
Bukan hanya China Indonesia juga ahli sejak dulu kala dalam meracik jamu atau ramuan herbal penangkal bergam penyakit.
Bukankah dulu aliran ilmu pengetahuan mengalir dari nusantara ke seluruh dunia. Ketika barat masih di tutupi jaman kegelapan kita sudah menguasai teknologi tekuk logam dengan keris, tekstil dengan batik, perkapalan dan lainnya. Â
Merawat optimisme salah satu cara menjaga asa. Meningkat peluang berhasil melewati cobaan pandemi tujuan semua orang. Bukan sebaliknya
Kita bisa bernafas lega bila  vaksin penangkal covid19 berhasil ditemukan. Meskipun pasti mahal harganya.