Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi dan Doa

16 Agustus 2012   18:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:39 112 0
Setiap getar-getir di dada, kupancarkan risauku ke langit sore,

Serupa geletar sinar yang menjalar, di dada senja yang gemetar.

Kekasihku, yang tetap kujaga dalam dadaku ialah sayap-sayap waktu;

detak-detik rindu yang tidak berhenti mendebarkan namamu.

Barangkali, seperti inilah rindu yang kumaksud,

jalannya sudah sempoyongan, tubuhnya gemetar,

tapi dadanya masih sanggup berdebar.

Senja berakhir, malam tiba.

di bawah tatapan lampu temaram, sepi mengajariku mencari terang,

meggelayuti tubuhku; yang telanjang disunyikan malam.

malam lebih terasa beku karena rindu.

kepalaku telaga bening, dan kau ikan yang tenang berenang,

dalam segala hal yang kurenungkan.

sebab itu kekasih, aku masih menjadikanmu api;

sebagai segala sesuatu, agar menyala di kepalaku;

membara, menjilat lantai sunyi dadaku.

Tetaplah menjadi kekasihku,

agar sunyiku dapat memaafkan kesedihanmu,

agar ketabahanku bisa mendoakan kebaikanmu.

masuklah kau dalam sajakku,

menjadi susunan kata, menjadi segala sesuatu,

segala hal yang kutuliskan, dengen cara paling tabah

Inilah puisi ketabahanku,

puisi yg bersemayam dalam dada kecemasanku,

ia tak pernah mengeluh, mendoakan kebaikanmu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun