Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Hasan Nasbi Akui Timses Jokowi-Ahok Pecah

1 Juni 2012   11:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:31 2517 0

Duduk perkara pecahnya Tim Sukses (timses) Jokowi-Ahok mulai memunculkan titik terang. Hasil ‘reportase Timeline’ yang saya lakukan memberikan indikasi bahwa desas-desus perseteruan di dalam tubuh timses Jokowi-Ahok memang bukan tidak berdasar.

Pernyataan pertama tentang perpecahan itu saya dapatkan langsung dari Timeline Hasan Nasbi a.k.a Hasan Batupahat dengan nama akun @datuakrajoangek, salah seorang pucuk pimpinan yang berseteru dalam timses Jokowi-Ahok (untuk lebih jelasnya, silakan baca ‘reportase Timeline’ saya sebelumnya soal pecahnya timses Jokowi-Ahok).

Hasan Nasbi, dalam twitnya tadi malam, secara eksplisit menyebutkan bahwa memang tim sedang mengalami perpecahan, seakan mengkonfirmasi pembicaraan hangat di Twitterland soal pecahnya timses yang mengusung Jokowi-Ahok di kancah pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

“Tim lagi pecah nih.. Harus disatukan sama kopi,” begitu yang tertera di laman Timeline Hasan Nasbi.

Sebelumnya, dikabarkan bahwa timses Jokowi-Ahok pecah di lingkaran pucuk-pucuk pimpinan yang menyebabkan friksi lebih besar di tubuh timses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tersebut. Perpecahan timses Jokowi-Ahok dipicu oleh tiga hal:

1 : Adanya perseteruan perebutan kendali di tim inti, antara Hasan Nasbi, Iwan Piliang dan Eep Saefullah Fatah

2 : Jokowi terlalu mendahulukan orang-orang bertitel atau yang punya gelar akademis

3 : Jokowi terlalu mendahulukan golongan tua

Menurut akun @Bemz_Q dalam diskusi dengan akun @ratu_adil, Hasan Nasbi sebenarnya termasuk tim pionir yang 'mengawal' Jokowi sejak sebelum resmi menjadi cawagub usungan PDIP. Di awal kemunculannya, Jokowi diendorse oleh Tim Cirus-Hasan Nasbi dengan survey opinion leadership, di akhir-akhir setelah Jokowi mendapat dukungan partai, baru yang lain ikut merapat. Awalnya pihak DPP PDIP kurang memberi respon terhadap hasil survey Hasan dan Cirus, sebelum keduanya berusaha keras sampai mengusahakan untuk bertemu langsung dengan Megawati Soekarno Putri yang akhirnya berhasil diyakinkan.

Pada fit and proper test PDIP, Jokowi hanya diwawancara selama 5 menit, Jokowi kurang dianggap oleh PDIP karena dinilai kurang mampu dan tidak punya uang. Hasil survey Hasan-Cirus terdahulu, Jokowi dianggap cocok dipasangkan dengan aktor Deddy Mizwar, dan ini didukung oleh PAC-PAC PDIP.

Bahkan, pada saat Hasan-Cirus melansir hasil opinion leader, kelompok Taufik Kiemas malah menggalang paket Fauzi Bowo-Adang Ruchiatna, tetapi paket ini ditolak oleh Megawati. Cahyo Kumolo dan Puan Maharani juga tadinya termasuk yang kurang mendukung Jokowi, tetapi berkat pendekatan Hasan, Jokowi mendapat restu dari Megawati hingga Cahyo dan Puan mau tidak mau harus tunduk pada keputusan untuk mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI dari PDIP.

Lebih jauh, menurut @Bemz_Q konsep-konsep orisinal untuk meningkatkan awareness publik terhadap Jokowi juga berasal dari Hasan Nasbi. Misalnya, konsep mobil keliling Jokowi, itu merupakan ide Hasan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun