Janji Perdana Menteri Australia Tony Abbott saat kampanyenya beberapa bulan lalu benar-benar diwujudkan dalam kebijakan khusus mengatasi pegungsi ilegal yang datang ke Australia dengan berbagai motif. Ribuan orang yang selama ini berlayar dengan segala mimpi ke negara Kangguru itu akhirnya kandas dalam operasi penegakan kedaulatan di wilayah perairan yang dijalankan militer Australia.
Dampak yang paling dirasakan adalah terhentinya para aktivis Papua merdeka memainkan kampanye hitam di Australia untuk mendiskreditkan Pemerintah dan bangsa Indonesia. Salah satu cara yang mereka lakukan selama ini adalah dengan mendatangkan secara bergelombang orang-orang Papua yang tidak sekolah dan buta politik ke Australia dengan berbagai janji manis. Namun sebagian dari mereka akhirnya memilih pulang kembali ke kampung halaman lantaran apa yang dihadapi di Australia ternyata jauh berbeda dengan apa yang dijanjikan. Tapi rupanya kesaksian Hana Gobay dari Merauke dan Yubel Kareni dari Serui yang mengaku kapok dibohongi Herman Wainggai dan kelompoknya yang membawa mereka ke Australia tahun 2006 lalu belum membuat warga Papua lainnya jera. http://www.antaranews.com/berita/118221/peminta-suaka-politik-pulang-ke-papua
Adalah Yacob Mandabayan yang coba mengulangi ‘kisah sukses’ para pencari suaka asal Papua ke Australia. Ia lupa bahwa Australia sekarang berbeda dengan Australia di era regim lama. Akhir September lalu Ia nekat membawa enam orang Papua lainnya (termasuk seorang ibu hamil dan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun) dengan perahu milik nelayan asal Papua Nugini (PNG) dan terdampar di sebuah pulau kecil di wilayah Australia. Lalu dengan pesawat terbang mereka dikirim ke daratan Australia, dan langsung dikirim ke PNG oleh pemerintah Australia.
Diperlakukan seperti Kriminal
Akhir pekan lalu, Pemerintah PNG mengirim tujuh warga pencari suaka asal Papua itu, ke suatu desa penampungan pengungsi di dekat perbatasan kedua negara.Yacob Mandabayan kepada ABC news mengatakan, mereka diperlakukan seperti kriminal oleh pihak berwenang PNG. Mereka telah dikirim ke wilayah dekat perbatasan PNG - Indonesia, setelah selama dua minggu diinapkan di sebuah hotel di Port Moresby.
Yacob mengatakan, petugas imigrasi PNG yang didampingi dua polisi menjemput mereka dari hotel dan menaikkan mereka ke pesawat yang membawa mereka ke Kiunga, di Propinsi Western, PNG.
"Kami diberitahu bahwa kami akan ditempatkan di kamp pengungsi East Arwin yang dekat dengan perbatasan Indonesia besok (Selasa, 15/10/2013)," kata Yacob Mandabayan. Yacob dan ketujuh pengungsi itu mendapat informasi bahwa kamp East Arwin kondisinya sangat buruk dan tidak layak. "Kata teman-teman di Kiunga, East Arwin sangat buruk kondisinya karena berada di tengah hutan," katanya. http://news.detik.com/read/2013/10/14/114441/2385855/1513/png-kirim-pencari-suaka-papua-ke-perbatasan
Perdana Menteri PNG Peter O'Neill sebelumnya menyatakan, ketujuh warga Indonesia itu tidak akan dikirim paksa kembali ke Indonesia. Karena Yacob sudah sesumbar bahwa mereka menolak dikembalikan ke kampung halamannya di Papua dengan alasan klasik, karena disana ‘nyawa mereka terancam’.
Pemerintah PNG dan Pemerintah Indonesia sudah lama telah memiliki kesepakatan untuk saling menghormati kedaulatan negaranya masing-masing. Begitupun Australia. Kebijakan pengamanan di wilayah perairan Australia yang dijalankan Pemerintah Tony Abbott adalah bagian dari tekad mereka yang meminta negara lain menghormati kedaulatan negara mereka. Karenanya, sejak Juli 2013 lalu, semua pengungsi dari berbagai negara yang selama ini menjadikan Australia sebagai tempat meminta suaka politik, begitu tertangkap di tengah laut, langsung dikirim ke tempat pengungsian di negara PNG.
Dengan kebijakan baru Australia itu, Herman Wainggai dkk tentu akan berpikir keras mencari modus baru untuk kegiatan kampanye hitam terhadap Pemerintah Indonesia, Lantaran Australia sudah tidak mempercayai mereka lagi...