Korban pertama di Shanghai adalah laki-laki berumur 87 tahun yang meninggal pada tanggal 4 Maret 2013. Korban kedua juga di Shanghai adalah laki-laki berumur 27 tahun yang meninggal pada 10 Maret 2013. Korban ketiga dari Anhui adalah perempuan berumur 35 tahun yang sampai akhir Maret 2013 berada dalam kondisi kritis.
Sampai medio April 2013, dilaporkan bahwa korban yang meninggal telah mencapai 11 orang. Tercatat di China, paling tidak, diduga 60-an orang terinfeksi varian baru flu burung yang dalam pengawasan intensif. Kalau data ini dianggap sebagai fenomena gunung es yang terlihat kecil di atas tapi besar di bawah maka sudah pasti bahwa pada kenyataannya sudah banyak orang yang terinfeksi dan mungkin meninggal akibat virus ini.
Situs ABC news online tanggal 13 April 2013 bahkan melansir berita bahwa virus ini telah mencapai Beijing. Seorang anak perempuan berumur 7 tahun yang ayahnya bekerja sebagai penjual daging ayam telah dikonformasi terinfeksi virus jenis baru ini.
Awalnya otoritas China menginformasikan serangan ini disebabkan oleh virus flu burung yang belum dikenal jenisnya. Virus flu burung yang telah banyak diketahui sebelumnya adalah varian H5N1 yang tercatat telah memakan korban meninggal sebanyak 332 orang dari 566 orang terinfeksi dari tahun 2003-2011 (WHO report Oct. 10, 2011). Sementara itu, varian baru ini dikenal dengan nama H7N9. Seperti juga virus flu burung lainnya, awalnya virus H7N9 hanya menyerang bangsa burung (aves), tetapi pada perjalannya, virus ini dapat beradaptasi untuk menyerang manusia.
Hasil analisis DNA Virus H7N9 yang diisolasi dari korban di Shanghai dan Anhui menunjukkan jenis baru ini mengelompok tersendiri (cluster baru) yang berbeda dengan virus flu burung sebelumnya. DNA H7N9 sangat mirip dengan H9N2. H9N2 itu sendiri diperkirakan merupakan pengembangan dari H5N1 (Guan dkk., 2010 yang dipublikasi pada Journal of Virology edisi Oktober 2000 vol. 74 no. 20).
H7N9 yang naturalnya menyerang ayam dan bangsa burung sudah mengembangkan dirinya untuk beradaptasi pada saluran pernapasan bagian atas dari manusia. Virus ini telah bermutasi dan membuatnya belajar untuk menginfeksi sel-sel manusia dan selanjutnya mengakibatkan timbulnya penyakit influensa.
Kemampuan virus untuk mengubah susunan gennya, seperti pada H7N9, mengakibatkan banyaknya varian virus flu yang menyerang manusia. Paling tidak ada sekitar 300 varian flu pada manusia sampai saat ini. Tentu yang familiar bagi kita adalah virus H1N1 (flu babi), H5N1 (flu burung), dan yang terakhir ini adalah H7N9 (varian baru flu burung).
Kalau diperhatikan letak geografis serangan awal H7N9 di China maka patut diwaspadai timbulnya pandemi flu burung jenis. Kenyataan bahwa lokasi kematian korban yang pertama dari H7N9 terpisah ratusan kilometer, yaitu antara Shanghai dan provinsi Anhui maka terbukti kemampuan penyebaran virus baru ini sangat luas dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Apalagi kenyataan yang baru terkuak setelah diketahui virus ini telah mencapai Beijing.
Keunikan dari virus baru ini juga terletak pada virulensinya. H7N9 ternyata tidak terlalu virulen pada ayam atau bangsa burung, yang berarti bahwa virus ini tidak terlalu berbahaya apabila menginfeksi burung. Berbeda pada saat menginfeksi manusia, virus ini sangat virulen. Tidak seperti pada H5N1 yang mengakibatkan kematian pada burung/ayam dan juga manusia, maka virus baru ini jelas sangat berbahaya karena karena kita sama sekali tidak tahu kalau burung atau ayam yang kita temui terinfeksi atau tidak. Burung atau ayam yang kelihatannya sehat bisa saja membawa virus H7N9 yang bila menjangkiti manusia justru dapat mengakibatkan kematian.
Apabila mengacu pada penyebaran flu burung H5N1 pada awal tahun 2000-an yang dapat terjadi lintas negara maka tentunya kita juga di Indonesia harus waspada terhadap serangan varian baru flu burung ini. Insiden di China yang telah memakan korban jiwa puluhan orang dalam kurun waktu singkat dan dalam jangkauan yang luas sudah menjadi indikator awal akan cepatnya penyebaran varian virus baru ini.
Suatu alarm tanda bahaya telah dibunyikan. Tanda bahwa ada invasi baru dari virus pada hewan yang nota bene sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Walaupun demikian kita tidak perlu menunjukkan fobia berlebihan terhadap ayam atau bangsa burung lainnya. Tetaplah menjaga kebersihan makanan dan masaklah daging ayam dalam suhu yang sesuai.