Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Polantas : Dimana gerak indahmu dulu?

10 Desember 2011   12:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:34 327 0
Dari buku panduan tata tertib berlalu lintas, kita disuguhkan berbagai simulasi gerakan polantas yang mempunyai berbagai makna, selain makna dari berbagai simbol yang dinamakan rambu dan marka jalan. Namun kini gerakan indah nan gagah pak Polantas itu kini semu dan cenderung menghilang. Gerakan indah itu kini tak beda ubahnya para tukang parkir jalanan atau kelompok pengatur jalan yang banyak terlihat dipersimpangan jalan dan lebih dikenal dengan istilah "pak Ogah". Apakah sistem perekrutan kepolisian yang menyebabkan gerakan indah itu hilang? Ataukah karena ikut-ikutan tren dari gerakan tangan yang dicontohkan para pak ogah? Atau karena lebih terfokus keinginan mencari kesalahan pengguna jalan raya dan memanfaatkan kesalahan tersebut menjadi penghasilan tambahan?

Waktu kecil, saya suka bermain "gambaran". Suatu alat main anak-anak berbentuk kertas bergambar yang gambarnya berceritakan tentang berbagai hal, dari cerita sejarah hingga cerita heroik lainnya dari manca negara dan domestik. Dibelakang mainan yang bernama gambaran ini, selalu ada gambar dari bermacam gerakan polantas dan rambu-rambu jalan raya disertai arti dan maknanya.

Gerakan tangan itu indah ditambah tegapnya posisi tubuh. Gerakan tangan yang menyiratkan arti khusus yang harus dimengerti para pengguna jalan.

Kini gerakan tangan tersebut digantikan dengan gerakan tangan yang sama yang dilakukan oleh pengatur jalan dadakan, tukang parkir, pak ogah dan preman pencari upah dari jasanya mengatur kemacetan. Sudah hilangkah atau memang sengaja dihilangkan berdasarkan kebijakkan departemennya? Atau karena dipandang tidak efektif lagi gerakan tersebut hingga memutuskan bahwa gerakan tangan yang umum dilakukan diluar lembaga kepolisianlah yang benar dan lebih layak digunakan?

Bila begitu, maka pantaslah banyak sikap dan kelakuan lembaga itu yang mengadaptasikan sikap preman jalanan, dengan hanya beda seragam itu. Tidak populer lagi gerakan itu menyebabkan identitas polantas tidak beda dengan pengatur jalan swasta yang tadi sudah disebutkan, andai tidak berseragam. Ataukah memang sudah tidak diajarkan kembali gerakan tangan itu kepada para polantas baru? Atau memang dulunya mereka ini adalah para pengatur jalan dadakan yang transformasi menjadi polantas?

Saya pernah melihat berita manca negara tentang polantas yang menari dalam gerakannya mengatur jalan raya. Dan juga pernah melihat tarian gerakan polantas indonesia (mungkin mengambil ide dari tarian polantas manca negara yang pernah diberitakan) dalam sebuah iklan minuman penambah semangat, namun kemudian sekuel polantas Indonesia yang menari dalam gerakannya inipun dihapus, mungkin dianggap mengolok-olok lembaga yang sangat ingin dimaklumi untuk terhormat ini.

Gerakan itu memang tidak mempengaruhi lancar dan tidaknya jalan raya atau mempengaruhi patuh tidaknya pengguna jalan raya, namun itulah identitas yang membedakan dari polantas dengan pak ogah, preman pengatur persimpangan jalan, dan tukang parkir. Yang terkenal dari lembagamu itu hanya tilang dan tilang dan tilang.

Selamat malam pak polantas... Sudahkan anda mendapat tambahan penghasilan dari raziamu pagi tadi??

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun