Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Membela Pornografi

5 November 2014   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:34 103 3
NAIKNYA Jokowi menjadi orang pertama di negeri ini, ditambah kasus M. Arsyad, menggambarkan kepada kita siapa sebenarnya tokoh/pejabat/wakil rakyat yang sejati: yang berpikir, bertindak untuk kepentingan khayalak. Kepentingan jangka panjang, bukan kepentingan sesaat.

Ketika kemenangan Jokowi sudah menguat, suara-suara sumbang pun terdengar riuh. Mereka mencibir, mempertanyakan, mengolok-olok Jokowi yang memang dari segi penampilan kurang meyakinkan. Semua orang mafhum, suara-suara sumir itu hanyalah bentuk ungkapan kecewa dan sakit hati lantaran jagoan mereka tidak terpilih sebagai penguasa di negeri ini. Kalau mereka berpikir jauh ke depan, dan luas, mestinya mereka segera bisa menerima kenyataan bahwa Tuhan telah mengirimkan Jokowi kepada rakyat Indonesia, bukan yang lain!

Bahkan setelah Jokowi dilantik menjadi presiden pun, mereka tetap masih rajin "menyerang". Sekarang yang diserang adalah kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi. Kartu Sehat Indonesia (KSI), Kartu Pintar Indonesia (KPI) misalnya, dikritik seolah tidak ada yang benar di sana. Tokoh sepuh, Ridwan Saidi, yang di awal-awal sempat mendukung Jokowi, namun entah siapa yang memengaruhi, tiba-tiba berbalik arah, menjadi pengkirik Jokowi yang "sadis". Belum lama ini dia malah mengejek KPI dan KSI. "Memangnya semua orang Indonesia penyakitan?" katanya menanggapi KSI. "Mestinya", kata dia lagi, "Jokowi memberikan Kartu Indonesia Kaya!" Entah apa pula relevansinya. Hahahahaha....

Dagelan yang lebih lucu adalah soal si M Arsyad. Gambar porno yang dia sebar di media online, yang menggambarkan Jokowi dan Mega melakukan adegan tidak senonoh, menyebabkan dia dijebloskan ke bui. Dia dituduh menghina dan melanggar UU IT.

Mestinya, semua orang Indonesia yang terkenal memiliki moralitas tinggi, ramai-ramai mengecam M. Arsyad.  Pornografi adalah musuh utama bangsa Indonesia yang agamis. Ariel "Peterpan" Noah, yang adegan mesumnya tersebar di media online, dihukum penjara selama beberapa tahun. Padahal Ariel tidak menghina siapa-siapa, hanya dikadali orang lain, yang menyebar adegan itu ke ranah publik. Nah, si M.Arsyad yang dengan sengaja menyebar gambar tidak senonoh dengan niat mempermalukan dan menghina pihak lain, justru dibela banyak orang.

Fadli Zon, membela tindakan Arsyad. Bahkan mengusahakan bantuan hukum padanya. Dia mencela polisi yang menangkap dan menahannya. Kepada keluarga Arsyad diberikan uang jutaan untuk modal usaha. Tapi belakangan, Fadli mengoreksi sikapnya dengan mengatakan kalau M.Arsyad memang salah, dan tindakan polisi benar. Soal pornografi M.Arsyad, statemen yang juga tidak kalah membingungkan dilontarkan oleh Suryadarma Ali. Kata mantan menteri agama ini, tidak masalah M.Arsyad menyebar gambar itu di media online. Sampai kini saya belum mendengar berita apakah mantan  ketua PPP ini sudah insyaf, seperti Fadli Zon.

Semoga kita tidak melupakan sosok-sosok orang yang akhir-akhir ini kerap asal-bunyi, asal bicara. Paling tidak untuk lima tahun ke depan, mereka tidak diberi lagi akses dan kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan publik, apalagi sebagai wakil rakyat. Sebab, di mana logikanya tokoh dan panutan masyarakat justru membela dan menolerir perbuatan yang jelas-jelas melanggar hukum dan norma kesusilaan dan agama?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun