Sehabis kuliah, sekitar pukul 16.30, kami madya praja (tingkat 2) Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) regional Makassar berkumpul di aula dengan laptop masing-masing. Sudah menjadi kebiasaan, kegiatan kosong setelah kuliah kami isi dengan online berjamaah, dimana situs yang selalu jadi makanan wajib adalah kompasiana.com, tempat kami bisa berbagi pendapat dan pemikiran. Kami Praja IPDN, khususnya regional Makassar memang lagi gencar-gencarnya menulis di situs ini. Salah satu misi yang kami bawa adalah: memperbaiki citra institut kami yang pernah jatuh sedikit demi sedikit, hingga suatu saat nanti tidak ada lagi kata ‘kekerasan' atau ‘pemukulan' di setiap berita tentang Institut tercinta ini. Kegiatan sore-sore begini tak pernah terbuang begitu saja. Kami berdiskusi mengenai materi kuliah atau tentang tulisan-tulisan kami, khususnya yang dipost di kompasiana. Satu konsensus yang selalu kami pegang adalah "
Jika suatu ide padam di tanganmu, maka akulah yang jadi kayu bakarnya". Kami saling memberi komentar, memberi masukan, bahkan kritik. Dari forum kecil-kecilan begini saja saya sudah bisa merasakan betapa hangatnya persaudaraan di kampus tercinta ini. Sungguh, saya belum pernah merasakan persaudaraan yang amat dekat seperti ini, padahal kami semua berasal dari daerah yang berbeda-beda, dengan suku yang berbeda, dengan warna kulit yang berbeda, dan bahasa yang berbeda pula. Tapi inilah kami, miniatur bangsa Indonesia yang menghargai semangat Bhineka Tunggal Ika. Sore tadi, kami berdiskusi tentang tulisan salah satu rekan kami dari Sulawesi tenggara, Nilawati Asmar yang sempat menjadi headline: Sri Mulyani dan Kehidupan Praja IPDN. Kami senang sekali menerima tanggapan dari berbagai lapisan masyarakat yang mendukung perubahan institut kami kearah lebih baik. Tapi tetap saja, diantara ratusan orang yang berpikir positif, masih saja ada satu dua orang yang men
judge Institut kami adalah Institut abal-abal yang tidak berguna. Saya dan rekan-rekan Praja lain bingung bagaimana lagi caranya membuktikan pada Indonesia, bahwa kami, IPDN sudah berubah. Tidak ada lagi yang namanya ‘kekerasan' atau ‘pemukulan', yang ada kini adalah persaudaraan. Persaudaraan dari Sabang hingga Merauke yang erat yang kelak akan menjaga eksistensi Negara ini. Komentar miring dari saudara
Andy Lesmana di mengenai IPDN kira-kira begini:
KEMBALI KE ARTIKEL