Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

"Ironi" Jalan No 1 kota Malang

26 April 2015   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 436 0
Bagi anda yang pernah ke Kota Malang atau warga Malang, siapa sih yang tidak tahu Jl. Ijen Boulevard (Jl. Kembar Ijen) yang merupakan jalan no 1 di Kota Malang. Perumahan elit kuno sejak zaman Belanda (layaknya Menteng di Jakarta). Semua orang kaya lama dan rumah dinas jabatan terpenting berada di sini. Jalan protokol dan penghubung segala daerah di Kota Malang.

Sekilas mengenai Jl. Ijen Boulevard ketika masih klasik, semua rumah yang berada di sini sangat klasik dengan gaya bangunan Belanda dihiasi oleh taman indah di tengah jalan. Terbilang sangat mewah di zaman pasca kemerdekaan. Bahkan pemilik rumah diminta bantuan oleh pemerintah zaman itu untuk memebangun trotoar di masing-masing deoan rumah pemilik. Dan juga ada peraturan khusus untuk rumah di jalan ini. Para pemilik rumah tidak boleh sembarangan merenovasi rumahnya, apa lagi utnuk meratakan dengan tanah. Pemilik rumah hanya diperkenankan merenovasi rumah dengan tidak merubah tampilan rumah yang khas gaya Belanda. Serta tidak diperkenankan untuk membuat bangunan tabahan sembarangan. Bangunan tambahan tidak diperkenankan melebihi tinggi rumah induk dan harus bersifat semi permanen. Ada satu hal penting yang tidak ketinggalan, pemilik rumah tidak diperkenankan untuk menjadikan rumahnya untuk berniaga, jadi hanya boleh untuk rumah tangga saja.

Saya merupakan salah satu pemilik rumah di jalan tersebut. Letak rumah yang berada di pusat kota, jalan protokol, strategis dekat dengan tempat-tempat penting serta luas tanah yang cukup luas menyebabkan Pajak Bumi dan Bangunan rumah di Jl. Ijen menjadi mahal. Dari tahun ke tahun PBB terus meningkat dan tergolong mahal. Tidak hanya PBB, tarif listrik dan air pun termasuk mahal karena tergolong jalan A.

Di era walikota Peni S. dimulai bencana kenyamanan bagi pemilik rumah, dengan adanya acara Malang Tempoe Doeloe sebagai agenda tahunan Kota Malang. Malang Tempoe Doeloe diadakan selama 3-4 hari setiap tahun di Jl. Ijen, dengan alasan Jl. Ijen menyimpan banyak sejarah dan rumah-rumah kuno dapat menambah kesan tempo dulu. Penyelenggaran acara ini diawali dengan meminta persetujuan para pemilik rumah, walau pun banyak yang tidak setuju tetap saja diadakan acaranya.

Realisasi yang menurut saya jauh dari konsep awal dan segala kekawatiran saya sebelum diadakan acara ini pun terjadi. Jl. Ijen ditutup total selama 3-4 hari tidak ada kendaraan yang melintas, selain kendaraan kuno sebagai bahan pameran dan kendaraan pemilik rumah. Akan tetapi akses untuk berkendara sangatlah susah, pengunjung ysng tidak sadar diri untuk memberi jalan dan menjelang malam semakin ramai. Ketika malam tiba sudah tidak ada cela untuk berkendara. Ketika subuh pagi hari sound sudah mulai dinyalakan saat kita yang berada di rumah masih banyak yang tidur. Ketika menjelang tengah malam semakin ramai dan bising, para pengunjung beradu suara dengan sound panggung.

Tinggal di rumah sendiri berasa lebih buruk dari penjara dan asrama. Tidak dapat beraktivitas dengan nyaman, susah keluar masuk rumah, bising sepanjang hari, malam susah tidur, pagi hari sebelum ayam berkokok sudah bangun. Serta untuk beberapa hari harus melihat pemandangan buruk di depan rumah, biasanya di depan rumah bisa melihat taman yang indah saat itu berubah menjadi stand jualan yang kurang nyaman. Sampah pun berserakan di jalan, dan terbawa angin masuk ke halaman rumah. Taman di depan pagar rumah hancur dalam seketika. Kompensasi apa pun yang dijandikan pemkot tidak terealisasi, jika beruntung hanya mendapatkan kompensasi ucapan MAAF dari penyewa stand di depan rumah.

Di era kepemimpinan Abah Anton sebagai walikota, bencana lama silih berganti bencana baru. Diawal kepemimpinannya Malang Tempoe Doeloe di Jl. Ijen dipindahkan ke daerah alun-alun. Angin segar pun datang bagi pemilik rumah di Jl. Ijen, bencana tahunan pun lenyap sudah. Bencana tahunan memang lenyap, namun bencan mingguan muncul. Event yang lagi booming di Indonesia yaitu Car Free Day pada hari minngu singah juga di Malang, dan tempat yang digunakan juga di Jl. Ijen. Walaupun hanya diberlakukan sekitar pukul 06:00-09:30 akan tetapi cukup merepotkan. Ketika hari di mana kita ingin sedikit bersantai harus dipersulit untuk bersantai. Berbeda dengan MTD, CFD tidak ada permintaan persetujuan dari pemkot kepada pemilik rumah

Sama dengan acara MTD sound di pagi hari sudah dibunyikan, namun lebih baik hanya satu panggung. Akses untuk keluar masuk dengan mobil susah kembali. Meskipun diperbolehkan oleh petugas akan tetapi kebanyakan pengunjung engan memberikan jalan. Bahkan saya setiap minggu harus membuka tutup portal sendiri agar mobil saya dapat lewat, tidak petugas yang melayani untuk itu. Kalau beruntung ada tukang becak atau pengunjung yang ramah untuk membukakan dan menutup portal.

Awal dimulai tidak terlalu berdampak buruk selain merepotkan pemilik rumah dan menjadi penyebab kemacatan di jalan alternatif. Lama kelamaan semakin banyak pengunjuk. Di mana ada banyak orang berlalu lalang di situ pun ada PKL. Bahkan setiap minggu semakin banyak, sampah pun berserakan di sepanjang jalan. Taman yang indah, ketika hari minggu berubah menjadi kumuh banyak sampah berserakan. Aksi dagang para PKL juga semakin banyak, walaupun ilegal tetap saja tidak ada petugas yang membereskannya. Bahkan semakin banyak PKL yang membuka tenda di depan rumah, termasuk di depan rumah saya. Mereka tidak meminta ijin sama sekali untuk itu, dan ketika CFD telah usai mereka juga tidak pergi. Serta pedagang yang menjaga kebersihan.

Perumahan yang dulu terkenal sebagai perumahan elite, berubah menjadi tempat kumuh di hari minggu. Jalan yang menjadi ikon kota yang dulunya dipenuhi dengan bunga sekarang berubah menjadi dipenuhi oleh sampah dan PKL. Slogan Malang Kota Bunga dalam sehari berubah menjadi Malang Kota KUMUH. Bagaimana tidak jalan utama dihiasi oleh sampah.

Beberapa minggu terakhir ada sekelompok remaja yang membawa kantong plastik besar, mereka setiap minggu membantu petugas kebersihan untuk memebersihkan sampah. Mereka memumuti sampah yang berserakan ketika CFD, dan petugas kebersihan tinggal memebersihkan sampah yang tertinggal. Pastinya semua menjadi merasa senang dengan aksi tersebut. Petugas kebersihan pastlah capek untuk membersihkan sampah yang berserakan, bahkan mereka baru selesai membersihkan hingga siang hari.

Coba anda semua bayangkan sudah bayar pajak mahal-mahal, mengenai rumah semua juga serba diatur. Akan tetapi tidak ada fasilitas pelayanan yang diberikan. Justru yang ada hanyalah bencana kenyamanan. Menurut berita hasil pertemuan pemimimpin daerah di Bogor. Kawasan Jl. Ijen akan dibangun trotoarnya untuk memepermudah akses pejalan kaki serta fasilitas umum untuk pejalan kaki akan diperbanyak. Pembangunan trototoar tersebut dengan konsep pusat sejarah. Semoga saja hal ini mengubah badai menajdi pelangi yang indah. Asal dibuat menjadi lebih baik dan lebih indah saya setuju saja, dan ketika tidak menyebabkan efek negatif terutama untuk pemilik rumah saya jauh lebih mendukung. Serta perlu diingat agar tidak disalahgunakan oleh PKL

Wahai para pejabat di Kota Malang, lekaslah bertindak sebelum Kota Malang menjadi semakin KUMUH

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun