Islah terbatas, sementara, ataupun abal-abal dan mungkin sungguhan dari Golkar akhirnya terjadi. Islah yang 'politically correct' ini memperlihatkan betapa politisi Indonesia sudah sampai ketitik nadir, tidak mengerti arti kata malu. Secara transparan, Agung Laksono dan Ical memperebutkan kekuasaan demi kepentingan kekuasaan, tidak ada idealisme yang dipertahankan. Semua hanya demi kekuasaan. Miris.
Lagi-lagi JK menjadi tokoh 'pemersatu'. JK yang memang politisi kawakan, tapi sayangnya semakin jauh dari negarawan, ternyata masih sangat berambisi untuk posisi dan fame. Tanpa Golkar, posisi JK di pemerintahan JK terasa hambar. Berbeda ketika dia bersama SBY, dia mampu membawa gerbong Golkar ke pemerintahan.
Kompromi Agung-JK-Ical ini dibayang-bayangi kekuatan Prabowo dan Tommy yang dibelakang layar. Apabila mereka bersatu dalam satu perahu, maka Indonesia harus siaga. Kekuatan status quo ini sangat besar menghambat perubahan yang sedang dikerjakan Jokowi.
Dengan bergabungnya JK dan Tommy ke KMP secara tidak langsung mereka sedang mencoba membangun KMP++. Dengan demikian teori sederhana "ikan yang sama akan mengelompok dalam samudera raya" adalah benar adanya. Di satu sisi, kekuatan oposisi semakin besar. Di sisi lain, lebih gampang rakyat menilai mana yang benar-benar negarawan mana yang hanya politisi yang oportunis.