Realitasnya, kisah Benhan diatas adalah satu dari mungkin jutaan kisah dari orang-orang yang terkena jerat hukum. Kalau itu bukan Benhan yang punya jaringan luas,mungkin paijo atau paimo sudah di penjara meratapi nasib. Hukum itu buta dan tuli apabila tidak disertai keadilan. Ditambah dengan jatuhnya "Tuhan Konstitusi Indonesia" Akil Mochtar, kita harus berfikir bersama nasib orang-orang yang menjadi korban "Penegakan Hukum" alias karena salah urus hukum dari kepolisian, kejaksaan, ataupun kehakiman apakah masih ada harapan? Apalagi hukum sudah berkekuatan hukum tetap, sudah selesai. Apakah nasib orang-orang yang tidak punya modal untuk biaya perkara, pasti kalah? Harus ada solusi, kita tidak bisa diam. Hukum adalah pegangan kita bernegara apabila NO LAW, atau MISUSE LAW keduanya mengerikan bagi warga negara. Terutama "wong cilik." Harus ada solusi!
Apakah perlu orang-orang ini membikin "Paguyuban Korban Penegakan Hukum?" Terus dimana jalur hukumnya? Kepolisian, Kejaksaan, PN, PT, MA, Peninjauan Kembali, semua sudah dibeli (catatan: oknumnya yang dibeli), misalnya. Terus kemana harus mengadu? Apakah cukup "lemah teles" alias gusti Allah sing mbales (Tuhan yang balas)?  Ini bukan perkara sepele, karena ternyata isunya bukan hanya perlunya law enforcement, tapi juga bagaimana law enforcement itu di implementasi dengan benar berdasarkan keadilan dan kemanusiaan.
Keadilan bergantung kepada hukum yang hidup alias pelaku dari law enforcement itu sendiri yaitu polisinya, jaksanya, hakimnya.  Kan bisa cilaka tiga belas kuadrat kalau manusia-manusia yang menjalankan hukum bisa dibeli. Hukum jadi sangat jahat karena buta dan tuli dan hanya dipakai untuk kepentingan. Ya, kebenaran tanpa keadilan bisa dipakai untuk kejahatan!  Tidak aneh konon sang guru bangsa, Gus Dur pernah berceloteh, "KUHP di Belanda jalan koq di Indonesia tidak, ya karena orang-orangnya yang ga becus", begitu kira-kira celotehnya.
Sekali lagi membuktikan, problem utama Indonesia di MANUSIA INDONESIA-nya.  Maka kita harus mulai dari pembenahan manusia di semua bidang.  Pembenahan Manusia bicara soal nilai-nilai, karakter, akhlak. Harga mati, 1800 T APBN Indonesia harus diarahan untuk pembenahan manusianya dulu.  Solusi kedua, mari kita mulai bergerak menyebarkan virus #hidupbenar dan menginspirasi ke orang lain dan komunitas masing-masing untuk berlaku benar. Insya Allah, usaha kita akan diridhoi dan korupsi serta semua tindakan menyeleweng lainnya menjadi anomali, bukan kebiasaan lagi.
Pendekar Solo