Bagi yang benar-benar mengikuti perjalanan kepimpinan Jokowi dengan obyektif tidak akan berani mengatakan Jokowi adalah pemimpin biasa-biasa. Untuk bisa bermain di dalam tubuh partai PDI-P saja, tidak semua orang yang mampu.
Sehingga tidak sedikit pendukung PDI-P yang migrasi ke partai lain karena tidak kuat "nunggu giliran nyaleg". Jokowi mampu melewati itu semua, bahkan "memaksa tanpa sengaja" seorang Megawati untuk mencapreskan dirinya. Hal tersebut dikarekanakan dsakan masyarakat yang tidak dapat di bendung lagi.
Pakar kepemimpinan John Maxwell selalu mengatakan "Leadership is Influence". Suka atau tidak suka, Jokowi memiliki pengaruh yang fenomenal. Semua lawannya sekarang adalah "muka-muka" lama yang notabene sudah puluhan tahun di politik. Dalam 9-10 tahun terakhir Jokowi mampu melewati mereka semua. Itu fakta yang menyakitkan bagi lawan-lawan politiknya.
Bukan hanya pengaruh, banyak yang tidak tahu keberanian Jokowi dalam mengambil keputusan. Seperti dalam teori kepemimpinan diajarkan, kualitas seorang pemimpin bisa dilihat dari cari dia mengambil keputusan. Move dia menggandeng Nasdem adalah salah satu keontetikan "jurus Jokowi". Perhatikan dia hanya menyambangi 3 partai Golkar, Nasdem, dan PKB.
Dan langsung dapat kepastian dari Nasdem tentang dukungan terhadapa ide dan gagasan "Koalisi berdasarkan platform dan ideologi" Lawan-lawan politiknya takut untuk menerima kenyataan bahwa Jokowi tidak selemah yang dibayangkan. Bahkan kembali Jokowi menekankan sebagai berikut:
"Kalau Nasdem satu saja cukup, ya sudah. Kita itu harus punya keberanian untuk melakukan itu. Kalau ndak kita begini terus. Bagi-bagi kursi," ujar Jokowi (Sumber)