Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Mempersoalkan Revolusi Mental Jokowi

26 April 2014   12:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:10 2152 32
Apakah visi besar Jokowi untuk terjadinya "revolusi mental" adalah hal yang utopis alias terlalu mustahil untuk dilakukan? Hal ini adalah pertanyaan yang di ungkapkan untuk mengkritik gagasan yang meskipun orisinil tapi sebenarnya bukan satu-satunya gagasan yang senafas.

Ahok dengan ide Bersih, Transparan, Profesional (BTP) dan Anies Baswedan dengan gagaasan Turun Tangan pada dasarnya adalah bagian puzzle-puzle dari dari apa yang disebut Revolusi Mental.  Istilah revolusi mental memayungi semua ide-ide yang berpusat kepada "merevolusi orangnya" sebagai prioritas, tidak hanya sekedar programnya.

Tulisan-tulisan yang mempersoalkan secara normatif arti dari Revolusi Mental adalah sah-sah saja, bahkan menurut penulis harus terus dikaji untuk mengawal ide besar ini.  Tapi sebenarya, apabila mau jujur, seluruh elemen bangsa Indonesia ini 100%  pasti setuju dengan gagasan ini.  Mentalitas bangsa Indonesia adalah akar dari semua permasalahan semua strategi dan program pemerintah tidak terlaksana dengan baik.

Jakarta Baru sebagai contoh kasus memperlihatkan betapa sulitnya Jokowi-Ahok untuk bergerak ke lapangan karena tantangan dari BIROKRASI dan bukan tantangan lapangan.   Baik dari DPRD DKI sendiri, bahkan dari anak buah sendiri yang tidak pro perubahan.

Harus di ingat menjadi pemimpin baru tidak serta merta bisa MENGGANTI SEMUA anak buah dan sistem kerja.  Bagi yang mengerti dan paham benar manajemen bisa setuju membentuk "the winning team" bukanlah hal yang mudah.  Nilai-nilai dan kepentingan yang berbeda membuat susah untuk bergerak.

Revolusi Mental adalah suatu esensi keharusan bagi bangsa ini.  Siapapun presiden bangsa ini nantinya, tanpa revolusi mental ini, semua strategi dan program akan mentah di birokrasi lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun