Bangsa berpenduduk 240jutaan menentukan Capres/Cawapres seperti main-main, "nunggu waktu baik". Sebagai rakyat, penulis melihat hal ini adalah praktek yang harus segera di revolusi. Bila perlu Capres-Cawapres harus ditentukan 1 tahun sebelum pemilu sehingga bisa dilihat track recordnya. Apapun, KPU segera harus menggodok ulang semua sistem oxymoron ini.
Cara pemilihan yang bagaikan berjudi. Berharap setelah di capreskan baru nanti di citrakan supaya elektebilitas naik. Menunggu last minute katanya. Demokrat mengundur lagi pemenang konvensi, hari Jumat. Golkar semakin labil dan menunggu tanggal 17 di Rapimas. Mungkin karena waktu kuliah terbiasa SKS (Sistem Kejar Semalam).
Yang jadi pertanyaan, memangnya tiba-tiba bisa jadi capres begitu saja? Sudah kurang 54 hari menuju pilpres 2014. Sistem yang sangat merugikan masyarakat banyak.
Capres alternatif sedang dicari katanya. Bapak/Ibu yang terhormat 50 hari tidak akan menyiapkan capres sampai berkenalan ke grass root. Sampai hari ini saja, masih banyak orang Nias yang tidak bisa berbahasa Indonesia, mau gimana cara memberitahu mereka ada capres alternatif? Capres yang pasti aja baru Jokowi, dan "mungkin" Prabowo. segera menyusul. Beginilah nasib rakyat, di permainkan panggung politik, dipaksa memilih yang paling mudharatm bukan yang paling baik.