Resiko terlalu besar untuk menghentikan proses pilpres karena faktor hukum, karena bisa menimpulkan huru-hara bagi yang dikenai sanksi. Akibatnya pembiaran yang luar biasa terjadi. Kalau tuduhan dan umpatan terjadi antar simpatisan, kita maklumi sebagai proses belajar demokrasi. Tapi kalau keluar dari jubir resmi capres diusung dan KPU/Baswalu hanya "meneng thok" kata orang jawa, orang awam cuma bisa geleng-geleng prihatin.
Kali ini Fadli Zon berkicau lagi, dan tidak tanggung-tanggung dia menuduh revolusi mental adalah PKI. Pendukung-pendukung Prahara yang terhormat, rasional, dan "masih waras " saya yakin masih ada. Tapi jelas Fadli Zon BUKAN salah satu yang waras.
Apalagi Fadli Zon bukanlah simpatisan, dia termasuk corong resmi kubu Prahara. Jadi saya boleh berasumsi Fadli Zon = Prahara = Prabowo. Pendukung prahara jangan ada yang merasa keberatan dengan kesimpulan saya. Ini fakta. Justru komentar kompasianer pro prahara bagi saya buka suara resmi dari Prahara atau prabowo. Cuma opini, bukan fakta.
Kita perhatikan kicauan gilanya sama-sama:
1. Indonesia tak ada hub dg NAZI, yg ada dg komunis. Nah 'Revolusi Mental' punya akar kuat tradisi paham komunis.
— Fadli Zon (@fadlizon) June 26, 2014