Nama Lengkap: Jenderal Anumerta Achmad Yani
Tanggal Lahir : 19 Juni 1922
Tempat Lahir : Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia
Tanggal Wafat : 1 Oktober 1965
Tempat Wafat :Jakarta, Indonesia
Latar Belakang dan Pendidikan
Achmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah, dan tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Ia menempuh pendidikan dasar di Purworejo, kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Semarang. Setelah itu, ia mengikuti pendidikan di Algemene Middelbare School (AMS) di Jakarta.
Pada masa pendudukan Jepang, Yani bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air), organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang. Di sini, ia mendapatkan pelatihan militer yang menjadi dasar karier militernya di masa depan.
Karier Militer
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Yani bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kariernya dalam militer berkembang pesat berkat kemampuannya yang menonjol dalam strategi dan kepemimpinan.
Peran dalam Agresi Militer Belanda*
Selama Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948, Yani menunjukkan kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Ia memimpin pertempuran di berbagai daerah, termasuk dalam Pertempuran Lengkong dan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Pemberontakan PRRI/Permesta*
Pada akhir 1950-an, Yani turut berperan dalam menumpas pemberontakan PRRI/Permesta, sebuah gerakan separatis yang mengancam kesatuan Republik Indonesia. Keberhasilannya dalam menghadapi pemberontakan ini memperkuat posisinya dalam militer.
Pendidikan Lanjutan dan Karier Internasional*
Yani juga memperluas pengetahuan dan kemampuannya dengan mengikuti pendidikan militer di luar negeri. Salah satu pendidikan yang diikutinya adalah di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat. Pendidikan ini membekalinya dengan strategi dan taktik militer modern.
Peran sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat
Pada tahun 1962, Yani diangkat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat, menggantikan Jenderal Nasution. Dalam posisi ini, ia berperan penting dalam modernisasi Angkatan Darat dan memperkuat pertahanan nasional.
Tragedi G30S dan Kematian
Pada 1 Oktober 1965, Jenderal Achmad Yani menjadi salah satu korban dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S), sebuah kudeta yang dilancarkan oleh kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai "Gerakan 30 September". Ia dibunuh di kediamannya dan jasadnya ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta.
Penghargaan dan Warisan
Jenderal Achmad Yani dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi atas jasanya yang luar biasa dalam membela dan mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama jalan, gedung, dan fasilitas umum lainnya di berbagai kota di Indonesia.
Jenderal Achmad Yani dikenang sebagai sosok yang berani, disiplin, dan berintegritas tinggi. Warisannya dalam perjuangan kemerdekaan dan pertahanan negara tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.