"Baiklah, sekian pidato singkat dari saya. Terimakasih." Ucap Pak Kepsek -kepala sekolah- sebagai penutupannya.
"Iya Pak, singkat betul itu pidato Bapak. Hanya setengah jam lebih tigapuluh menit." Ucap seseorang yang ada di sebelahku -Dandi- dengan lemas.
'Itu jadi satu jam kan?' Batinku sambil menatapnya dengan bingung.
Setelah acara pidato yang singkat itu, kami semua merasa sedikit lega. Jujur saja selama Pak Kepsek pidato tadi, sudah ada sekitar tujuh orang yang pingsan. Terutama anak perempuannya.
Skip -di kantin-
"Hah~, akhirnya bisa duduk juga." Ucapku.
Omong-omong, saat ini kami -aku dan Dandi- Â sedang berada di kantin. Kalau kalian bertanya-tanya tentang kelas. Tenang saja kami tidak bolos kok, hari ini seluruh guru sedang mengadakan rapat, jadi kami mendapatkan free class. Lagi pula sebenarnya hari ini kami sama sekali tidak ada pembelajaran lagi.
"Hei, kau mau pesan apa?" Tanya Dandi yang duduk di depan ku.
"Samakan saja." Balasku. "Oke." Balas Dandi sambil berdiri dari duduknya.
Skip -di kelas-
Setelah selesai makan di kantin, kami pergi ke kelas. Kami berada di kelas 12. Rusuh, ribut, berantakan. Tiga kata itu adalah hal yang sudah biasa terjadi di kelas kami. Memang kelas kami ini bisa disebut juga sebagai kelas pembuat onar. Kelas kami selalu menjadi "artis" di sekolah, alias rajin keluar masuk ruang BK. Pernah satu kelas ini di panggil ke ruang BK karena ulah salah satu temanku yang lain. Tapi kami sama sekali tidak jera dengan hukuman yang diberikan.
"Hei, kau tidak ingin bergabung?" Ucap Dandi.
"Tidak, aku sedang malas." Balasku.
"Apa-apaan jawaban itu." Balas Dandi.
"Omong-omong para guru sedang membahas apa ya di rapat kali ini?" Ucap Dandi lagi.
"Mungkin bahas kelas kita lagi? Atau hal yang lain seperti kelulusan kita? Aku tidak tahu." Balasku.
"Memang kau yakin kalau kelas ini akan lulus?" Tanya Dandi lagi.
"Tentu saja yakin!!!. Dengar ya, walaupun kelas kita ini kelas pembuat onar dan langganan guru BK, tapi kelas kita pintar dalam mengikuti pelajaran dari guru!!!." Balasku dengan semangat.
Kalian jangan heran kenapa aku bisa menjawab pertanyaan dari Dandi dengan membawa kelas kami. Seperti yang aku katakan sebelumnya. Kelas kami ini "artis". Sudah sewajarnya para guru selalu membawa kelas kami kalau sedang rapat ataupun berjumpa dengan guru yang lainnya. Tetapi apa yang aku katakan itu benar adanya kalau kelas kami pintar dalam pembelajaran. Walaupun tidak semua pelajaran yang dapat dimengerti, tetapi dengan bantuan guru dan teman sekelas lain yang pintar di bidangnya masing-masing, kami sedikit mudah untuk memahaminya.
Ahh iya, karena kami kelas 12 dan ujian kelulusan sudah berakhir. Kami sungguh sangat bahagia juga sedih. Bahagia karena dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja di tempat yang diinginkan dan juga sedih karena kami semua bakal terpisah oleh pendidikan.
Ternyata pepatah yang selama ini aku dengar memang benar. Disatukan oleh pendidikan dan di pisahkan pula oleh pendidikan. Ha~ membayangkannya membuatku merasa semakin sedih.
Skip -acara kelulusan-
Di acara kelulusan kali ini kepala sekolah sama sekali tidak dibuat pentas untuk bernyanyi. Hanya bermodalkan halaman sekolah dan juga hal yang membuat kami senang katanya akan menutup sedikit kesedihan kami nanti. Saat ini kami semua sudah di berikan tempat duduk yang dibuat menjadi tinggi untuk melakukan sesi foto bersama. Dengan menggunakan pakaian warna hitam keseluruhannya.
"Hei, ayo kita juga harus naik ke kursi untuk berfoto." Ajak Dandi padaku.
"Iya, ayo." Balasku.
Setelah sesi foto bersama, kami di suruh membuat bentuk lingkaran dengan saling merangkul bahu satu sama lain. Tenang saja, laki-laki tidak bergabung dengan perempuan, karena perempuan keseluruhan kelas 12 hanya sekitar 25 siswi saja jadi hanya 1 lingkaran kecil. Sedangkan kami siswa laki-laki harus membentuk 2 lingkaran dengan mengelilingi siswi perempuannya.
Sungguh, ini benar-benar sebuah kejutan yang tak terduga bagi kami semua. Pak Kepsek benar-benar sangat tak terduga dalam membuat sebuah kejutan. Awalnya dari jauh kami kira suara sirine itu akan melewati sekolah kami. Tetapi malah masuk ke sekolah dan menyiram kami dengan airnya. Ya, kepala sekolah -Kepsek- membawa atau menyewa sebuah mobil pemadam kebakaran untuk kami. Bahkan bukan hanya kami yang terkena air itu, seluruh guru bahkan staf dan kepala sekolah pun ikut basah juga.
Dengan dihidupkan lagu dan kami bernyanyi bersama dengan gerakan random sambil disiram oleh air dari pemadam. Kami sangat menikmati semua itu. Air mata yang semula anak perempuan awalnya tahan kini sudah keluar, menyatu dengan air dari pemadam.
Acara perpisahan itu berakhir saat matahari sudah berada di sebelah barat, tepatnya jam empat sore. Sebelum acara berakhir, kami semua melakukan sesi berfoto dengan wali kelas dan teman kelas masing-masing untuk dijadikan kenangan. Pertemuan kami yang dimulai dengan canggung dan diakhiri dengan tangisan. Sungguh momen yang tak ingin aku lupakan.