Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Antara Cookies, Risol dan Baso

4 Januari 2025   12:15 Diperbarui: 4 Januari 2025   12:15 37 3
"Enak banget cookies ini, Van!" seru Kisya sambil tersenyum lebar, menggigit potongan besar.
Vanilla tersipu malu. "Makasiih, aku lagi suka belajar bikin masakan gituu."

"Ini buatan kamu?" tanya Afra, matanya melebar sedikit sebelum menggigit lagi cookies di tangannya.

Vanilla mengangguk. "Iya."

"Hmm, aku sih nggak terlalu suka cookies. Tapi makasih ya udah ngasih. Nanti aku kasih ke adikku," ujar Kalya sopan, senyumnya tulus menghargai.
Afra, yang sudah memakan separuh cookiesnya, mendongak.
"Aku juga nggak terlalu suka, tapi ya lumayan lah," katanya santai.

"Ih, ini enak banget loh! Serius, kalian nggak tahu betapa nikmatnya," protes Kisya, matanya berbinar, mengunyah dengan semangat.

Melihat teman-temannya mulai beradu pendapat, Vanilla hanya tertawa kecil, merasa senang sekaligus heran melihat perbedaan selera mereka.
Keesokan harinya, di jam makan siang di sekolah, Vanilla datang dengan wajah ceria. Kali ini, ia membawa sesuatu yang lain.

"Aku habis belajar masak lagi nih," katanya sambil menjulurkan tangan, memberikan tiga risol isi mayo kepada teman-temannya.

"Wah, kebetulan banget aku lagi nggak bawa cemilan, terus kamu malah bikin cemilan kesukaanku! Makasih banget, Van!" seru Afra dengan kegirangan, langsung menyantap risol dengan lahap.

Vanilla, agak terkejut dengan reaksi Afra, hanya tersenyum kecil melihat temannya makan dengan antusias.

"Hmm, punyaku kasih ke Afra aja deh, Van. Aku nggak terlalu suka gorengan," ujar Kisya menolak dengan sopan.

"Ya udah, nih Ra," kata Vanilla pasrah, memberikan risol itu kepada Afra.

"Makasih, Van! Kamu serius nggak mau, Sya?" tanya Afra sambil memastikan, matanya berbinar penuh rasa syukur.
Kisya mengangguk.
"Padahal kamu suka cookies buatan Vanilla kemarin," sindir Kalya ringan.

"Hehehe, aku lebih suka yang manis dan kriuk gitu," jelas Kisya sambil tertawa kecil.

Kalya tersenyum kecil sebelum berkata, "Aku agak suka risol, tapi kalau dibanding cookies, aku milih risol sih. Makasih ya, Van."
Esoknya lagi, kelas mereka mengadakan ekstrakurikuler membuat bakso secara berkelompok. Kebetulan, Vanilla, Kisya, Afra, dan Kalya berada dalam satu kelompok. Karena Vanilla yang paling pandai memasak dan sudah berpengalaman, ia dipercaya menjadi ketua kelompok.
"Jadi, aku bagi tugas, ya," ujar Vanilla dengan tegas namun lembut, memberikan instruksi kepada teman-temannya.
Saat bakso akhirnya jadi, keempatnya mencicipi hasil kerja sama mereka.

"WAAHHH, BASO INI ENAK BANGET, VAN!!!" seru Kalya dengan girang, merasa puas karena buatannya berhasil, meskipun sebagian besar Vanilla yang akhirnya turun tangan menyempurnakan proses memasaknya.

"Ahahahah, lumayan, lumayan," ujar Kisya sambil tersenyum puas, mencicipi bakso hangat itu.
Namun, Afra memandang kuah bakso dengan ragu.
"Aku enggak deh, aku nggak terlalu suka yang berkuah-kuah," katanya pelan.
Vanilla sempat merasa sedih mendengar itu, tapi ia menyembunyikan ekspresinya. Sepulang sekolah, Vanilla disambut oleh bundanya dengan senyuman hangat.

"Wah, anak bunda sudah pulang, pasti hari ini habis bikin masakan ya?" Vanilla yang sedari tadi cemberut langsung tersenyum dan berkata, "Bun, aku mau cerita plus nanya sesuatu donk."

Bundanya dengan senang menyetujui. "Tapi sebelum itu, bersih-bersih diri dulu ya, seperti biasa," ucap bundanya mengingatkan.

Setelah selesai bersih-bersih, Vanilla langsung pergi ke meja makan untuk makan bersama ayah dan bundanya sambil mengobrol. Vanilla pun memulai percakapan.

"Nih ya, Bund, kan hari Selasa kemarin sore aku bikin cookies tuh buat tiga temenku yang deket sama aku, tau kan? Terus Kisya suka banget, sedangkan Afra agak sedikit suka, tapi Kalya malah nggak suka sama sekali," bunda dan ayah Vanilla fokus mendengarkan sambil mengangguk penasaran.

"Terus besok Rabu, pas aku bikin risol mayo, giliran Afra yang senang, dan Kalya biasa aja, tetapi Kisya malah nggak suka," lanjut Vanilla.

"Terus hari ini kan kita habis bikin bakso sama-sama..."

"Terus gantian si Afra yang nggak suka, ya?" sela ayah tiba-tiba sambil tersenyum.

"IYA YAHH, TERUS KALYA MALAH SUKA BANGET!!!" ucap Vanilla antusias, karena ayahnya tahu isi pikirannya.
Bundanya tertawa, lalu berkata, "Jadi, yang mau Vanilla tanyakan apa?"

Vanilla pun diam sejenak, kemudian berkata, "Vanilla harus gimana ya supaya mereka semua bisa suka satu jenis makanan yang sama dengan buatan Vanilla?"

Ibunya terkejut dengan pertanyaan itu, namun ia tersenyum, bangga karena Vanilla sangat menyayangi teman-temannya.

"Gini ya, Van, kalau makanan kesukaan Vanilla apa?" tanya bundanya.

"Vanilla sih suka tiga-tiganya, Bund! Enak banget!!" jawab Vanilla sambil mengacungkan jempol.

"Hahah, nah kita sebagai manusia ini punya banyak perbedaan, tidak hanya selera makanan, tapi juga suku, negara, atau hobi. Coba Vanilla pikir, kalau semua cuma suka bakso, pasti nggak ada tuh yang namanya nasi, ikan goreng, dan berbagai jenis makanan lainnya. Begitu juga dengan hobi, kalau semuanya cuma suka kerja di laut, nggak akan ada yang nanam buah, sayuran, dan nggak akan ada yang mengolah padi juga. Jadi, kita diciptakan dengan berbagai macam rupa serta sifat supaya bisa melengkapi kehidupan kita. Makanya, kita harus saling menolong, saling memberi, saling menghormati, karena di dunia ini kita nggak bisa bergantung pada diri sendiri. Setiap manusia punya kecerdasan dan kelebihan masing-masing."
Tiba-tiba bunda vanilla memberikan kode agar anaknya mendekat.
Vanilla mendekatkan telinganya dan tersenyum setelah mendengar bisikan ibunya. "Boleh juga tuh, Bund!" jawabnya setuju.
Keesokan harinya, Kisya, Afra, dan Kalya terkejut melihat apa yang dibawa Vanilla.

"WAHH, KAMU GAK CAPEK VAN?!" ucap mereka bertiga.

"Hehee," jawab Vanilla sambil nyengir, menggelengkan kepala.
Kali ini, Vanilla membuatkan ketiga jenis makanan yang disukai teman-temannya. Setelah selesai makan, Kisya bertanya kepada Vanilla,

"Makanan kesukaan kamu apa, Van?"
Dengan senyum, Vanilla menjawab, "Aku suka makanan yang kumasak sendiri, lalu bisa dimakan bareng orang-orang yang kusayang, apalagi kalau makan es krim rasa vanilla!"

Ketiga temannya terdiam sejenak, saling menoleh, lalu serempak berkata, "Bilang aja kalau suka es krim rasa vanilla!!!" Mereka pun tertawa bersama.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun