Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book Pilihan

Diskusi Filsafat Barat

14 Juli 2022   20:44 Diperbarui: 14 Juli 2022   20:52 377 4
Ini adalah diskusi kedua dari serial diskusi buku "Sejarah filsafat barat" karya Bertrand Russell yang direncakan akan diselenggarakan secara rutin setiap hari  Selasa dan Sabtu sore di cafe kopi Parjo oleh  pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komisariat Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Gagasan para filosof dan sejarah filsafat selalu menarik untuk dikaji dan diperbincangkan dalam setiap masa dan kesempatan. Tema diskusi kali ini adalah tentang sosok Socrates Sang "Lalat", yang senantiasa menyengat "kuda-kuda lembam" Athena untuk mulai berpikir secara jernih ihwal siapa diri mereka yang sejati, ajaran yang mengakibatkan kehidupannya berakhir dalam hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan Athena atas dua tuduhan utama, yaitu, kekafiran (a-theos) dan merusak akhlak para pemuda Athena. Di antara yang hadir dalam diskusi ini tampak Izza Nurbaladin Muhammad, Hanif Muslim, Oksada, Fikri dan peserta lainnya.


Izza. Pada kesempatan diskusi sore ini insyaallah, kita akan bertemu dengan sosok filosof yang memiliki pengaruh begitu besar dalam membentuk pola pemikiran barat (Wastern mind). Salah satu tokoh yang dikenal sebagai "The Gang of Three" (Socrates, Platon dan Aristoteles). Socrates adalah filosof yang memiliki coraknya sendiri yang memilih untuk menjalankan (mengamalkan) ajaran filosofisnya dalam laku perbuatan dan kehidupannya ketimbang menuliskannya dalam buku.

Jika ditilik benar-benar, dia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu tetap dan harus dicari.

Namun, pada akhirnya dia harus dihukum mati di negeri demokrasi pertama di dunia disebabkan ajaran dan penolakannya terhadap dewa-dewa yang ditawarkan oleh penguasa. Pada diskusi sore menjelang malam ini kita akan ngobrolin sejarah, gagasan dan menyaksikan landscape pemikirannya.

Yusriyanti. Pertama, saya ucapkan terimakasih untuk sahabat-sahabat yang sudah bersedia  hadir dan konsisten melakukan kajian kultural ini yang memungkinkan kita sama-sama sharing idea dan tukar hasil pembacaan terhadap buku sejarah filsafat barat beltrand Russell. Dan di sini saya tidak sedang memposisikan diri sebagai narasumber atau pemateri yang memiliki kecenderungan pedagogi melainkan saya di sini hanya sebagai pemantik saja (andragogy). dalam artian siapapun boleh menyampaikan hasil pembacaan dan persentuhannya dengan buku yang kita diskusikan ini.

Namun, sebelum memasuki ruang diskusi yang lebih mendalam, saya ingin memulai pembahasan ini dari siapa sosok pemikir besar ini (biografi). Socrates adalah filsuf kelahiran Yunani (470 SM-399 SM) dia adalah warga Athena yang keadaannya sedang-sedang saja. Meskipun diketahui dia berasal dari keluarga yang kaya (cukup) ayahnya adalah seorang pemahat dan ibunya adalah seorang bidan. Dan penting kiranya  saya sampaikan, bahwasanya dalam penulisan tanggal kelahiran saya mengikuti apa yang ditulis oleh Beltrand Russell dan Jostein Gaarder yakni 470 SMp karena dalam buku yang lain seperti buku Seri Sejarah filsafat barat tertulis 469 SM.

Dalam lintasan sejarah filsafat, Socrates merupakan tokoh penanda sebagai  masa-masa transisi filsafat dari para filosof sebelumnya yang memikirkan tentang konsepsi alam yang dikenal sebagai filosof alam (phusis) menjadi filsafat manusia yang mengkaji tentang manusia seutuhnya. Dia hidup pada masa perkembangan pemikiran sofisme salah satu kaum yang pemikirannya bercorak mengakali dalam artian menipu sekaligus merekalah yang bertanggung jawab atas pergeseran makna atau terminologi dari yang awalnya shopia atau shopos yang bermakna kebijaksanaan menjadi shopisma yang berarti menipu.  Corak pemikiran kaum sofis dapat diklasifikasikan menjadi tiga model yakni nihilis, skeptis dan relativis. Sekaligus kaum sofis adalah pelopor dari model mengajar dan dibayar. Di tangan mereka kebenaran bisa mereka setel sesuai keinginan mereka (pesanan).
 
Kemampuan Socrates dalam menggunakan metode dialog menemukan tempat yang istimewa di hati para anak-anak muda. Dia banyak menghabiskan waktunya untuk berdebat dan mengajar filsafat kepada anak-anak tetapi bukan untuk dibayar sebagaimana yang dilakukan oleh kaum sofis. Sebagaimana disinggung di awal Socrates juga merupakan sosok yang telah berjasa membawa filsafat ke bumi. Dari filsafat yang sebelumnya berbicara tentang konsep alam (phusis) menjadi filsafat yang mempelajari hakikat kemanusiaan. Pendekatan yang digunakannya adalah rasionalisme.  

Menurut Socrates tujuan kehidupan adalah eudaimonial (kebahagiaan) kebahagiaan sebagaimana dipahami oleh orang-orang Yunani. Yakni, manusia harus mengutamakan kebahagiaan jiwanya ketimbang kebahagiaan tubuhnya, lahiriah (fisik). Dan untuk mencapai hal itu haruslah ditempuh dengan kebajikan atau keutamaan (arete). Selain gagasan tentang hakikat manusia, Socrates juga memiliki beberapa pandangan tentang konsepsi negara. Bagi Socrates negara bukan dibuat untuk kepentingan individu melainkan negara dibentuk berdasarkan susunan objektif berdasarkan hakikat kemanusiaan (prinsip keadilan). Gagasan-gagasan besar tersebut disebarkan dengan metode dialektika salah satu metode untuk mengungkap kebenaran-kebenaran universal  melalui dialog dan percakapan.

Hanif Muslim. Saya hendak menambahkan apa yang disebut sebagai konsep jiwa dan manusia dari sosok nabi Socrates, saya menyebutnya demikian karena ketinggian ajarannya dan bukankah selain nabi yang berjumlah 25 yang wajib diketahui di luar jumlah yang telah disebutkan masih terdapat nabi-nabi yang tidak kita ketahui?  Apalagi dalam buku russle ini dalam beberapa bagian Socrates mengatakan dirinya mendapat Ilham dan diutus oleh dewa. Namun, itu hanya hasil mimesis saya terhadap buku ini.

Hal berikutnya yang ingin saya tambahkan dari hasil pembacaan pematik. Dalam pemahaman saya apa yang telah disampaikan oleh Socrates sebagai kebahagiaan jiwa adalah adalah kematian itu sendiri. Namun, kematian di sini bukanlah kematian secara biologis yang pasti dialami setiap manusia tetapi adalah lepasnya psych dari pengaruh-pengaruh soma. Inilah kematian yang setiap waktu yang harus dilatih oleh setiap manusia dengan belajar philosophia, hingga nantinya dia akan menjadi seorang filsuf, yaitu orang yang psychnya sudah terlepas dari somanya. Ada pun bentuk kebijakan itu sendiri juga telah dikemukakan oleh Socrates dalam alegori guanya sebagai psych yang telah mencapai ketinggian dan senantiasa merasakan dorongan ke atas dan kerinduan untuk tempat persinggahan di atas sana dikarenakan telah melihat realitas yang sesungguhnya; terbebas dari belenggu soma dan dunia.

Adapun soma sebagai material mati yang memiliki dimensi fisik---aspek badaniah dari manusia yang tidak berbeda dengan komposisi material binatang---dihidupkan dari aspek api yang memberi bayang-bayang tersebut kehidupan, atau aspek pneuma (dalam khazanah Stoics) yang sering dipertukarkan penggunaannya dengan logos yang terkandung dalam api (pyr) yang merembes ke segala sesuatu sebagai kausanya. Sebagai entitas yang terbentuk dari materi mati, tubuh memiliki kecenderungan yang dalam wacana hari ini disebut sebagai carnal  yang menunjuk kepada kecenderungan hewani atau apa-apa yang ada hubungannya dengan tubuh sebagai sumber idaman, sensualitas, dan seksualitas atau juga menunjuk kepada materialitas an sich, duniawi dan kesementaraan (kontingensial), dan tidak memiliki makna tetap yang dapat kita temukan padanannya dalam Islam sebagai syahwat.

Jadi, jika kita melihat seseorang itu senewen karena menghadapi kematian, jelas dia bukan filsuf sejati, melainkan philosoma bukan pecinta kebijaksanaan tapi pecinta raga. Tak heran jika orang itu juga pecinta uang (syahwat) dan pecinta kemasyuran (hawa nafsu), salah satu atau keduanya.

Izza. Saya ikut nimbrung ya, atas feedback dari Hanif tadi, terkait Socrates adalah nabi saya kira itu bisa saja demikian adanya. Namun, hal itu belum ada kajian dan penelitian yang mendalam dan serius untuk persoalan tersebut. Adapun yang kedua tanggapan saya atas jiwa pesykhe memang benar apa yang telah disampaikan tadi dan saya juga pernah menjumpai sebuah  keterangan dalam salah satu kitab di situ disebutkan bahwasanya jiwa (ruh) manusia setelah mati akan terangkat ke langit (Arasy) sebelum dimandikan dan ia akan turun kembali setelah fisik jenazahnya telah dimandikan. Dalam pandangan saya di dunia ini Socrates bukanlah sosok ahli kebenaran satu-satunya pengetahuan adalah bahwa ia tidak tahu apa-apa. Hanya saja ia adalah sosok yang senantiasa mengupayakan sebuah kebenaran. Dan kebenaran itu adanya setelah kematian. Jadi mati adalah satu-satunya kebenaran itu sendiri.

Note: ini adalah catatan pertama dari seri diskusi buku sejarah filsafat Bertrand Russell, ada banyak persoalan dan gagasan yang disampaikan dalam diskusi yang tidak sempat dilipat dan diliput ke dalam catatan ini. Oleh karena keterbatan kami. Insyaallah pada diskusi berikutnya akan kami upayakan direkam untuk catatan yang lebih akurat lagi. Semoga kita semua senantiasa menghasrati keilmuan dan kebijaksanaan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun