Kamu masih ingatkah nama kota terakhir yang kita tuju saat kabut malam merendah menjadi penghalang jarak pandang antara kau dan aku meski kita tahu cahaya lampu tak mampu menerangi apapun selain malam yang telah lama membeku.
Lalu kita berhenti di simpang jalan menikmati nyanyian sendu pengamen jalanan, bertopi coklat dan mempunyai tato di tangan, kamu memesan lagu kepadanya iya pun mengiyakan dengan menganggukan kepala.