Senja di kepalamu terbawa arus yang dingin, mengejar bayangannya sendiri sambil meracuni rinduku yang lumpuh. Harapan yang sia-sia, mimpi yang tercabik-cabik gelisah. Senja di kepalamu kini merah merona.
Hei apakah senja itu melewati kota yang pernah kita singgahi atau lewat begitu saja di kepala tanpa kata-kata. Sedangkan ribuan puisi berhamburan di genang gerimis yang paling amis. Senja di kepalamu kini berubah gelap dan pahit.
Handy Pranowo