Aku menjadi gelisah pikiranku membentur papan pengumuman dan tatap mataku menelisik sebuah ruang yang penuh
kebimbangan.
Di luar ruang tunggu sangat gaduh ada perempuan muda yang tengah menjerit histeris.
Kedua tangannya merobek dadanya sendiri, kata seorang lelaki tua yang mengantarnya ke sini
jantung hati si perempuan ini sudah tidak ada ditikam oleh amarahnya sendiri.
Maka teruslah ia menjerit laki-laki dan perempuan berseragam biru membawanya masuk,
lewatlah ia di depanku tatap matanya tajam ke arahku.
Ia berhenti sesaat kemudian lelaki dan perempuan berseragam dengan
sigap menarik tubuhnya kembali untuk terus berjalan. Sambil berlalu perempuan itu menengok kembali ke arahku
aku pun menunduk.