jangan kau sebut ini sebagai petualanganku sendiri.
sebab aku bukan penjelajah yang baik.
aku sering tersesat, aku sering tenggelam.
aku butuh kompas untuk tunjukan jalan.
lalu kamu hadir diam-diam dengan
perasaan yang sama yang aku ungkapkan.
seolah takdir mempertemukan kita di persimpangan jalan.
ingin rasanya segera menyatukan asa yang dulu terpental.
ke dalam hati hati yang kering kerontang.
maka rindu memberontak
bagai tetes air yang loncat bebas dari kungkungan awan
terbang melayang menuju lautan.
menyatulah ia ke dalam gelombang, menghempas karang-karang terjal.
seperti inilah kiranya gambaran kita.
selebihnya biarkanlah biarkanlah ia bebas berkelana.
mencari tempatnya masing-masing yang dulu pernah di singgahi.
maka jika aku liar dan kamu tidak itu tandanya aku yang bernafsu.
bukalah matamu akan ku bawa kamu terbang jauh.
jika kamu liar dan aku tidak itu artinya kamu memang butuh.
tundukkanlah aku dan bawalah aku beserta anganmu.
lalu apa bedanya dan mengapa kamu diam.
tunggu apa lagi kasih mari kita bercumbu.
di tiap sudut malam dari bulan sabit sampai bulan bundar.
atau ketika subuh datang di saat angin bawa kabut dingin perlahan.