Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

Kalau Sayang Lekas Pulang

16 April 2015   18:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01 42 0
Sore menjelang malam Hans tetap tidak jenuh menanti Maria sang kekasihnya itu. Sambil mengumpulkan ranting kering Hans bernyanyi lagu sendu. Dia tidak tahu apakah Maria setuju dengan keputusannya yang telah dipikirkan dengan sangat matang.



Hari sudah semakin gelap. Ranting yang sedari tadi Hans kumpulkan dijadikannya bahan membuat api unggun. Dengan wajah gelisah Hans tetap memikirkan bagaimana cara terbaik menuturkan tujuannya kepada Maria. Lagi-lagi Hans termenung memandangi api unggun, seakan pikirannya turut melayang bersama asap hasil pembakaran api.



"oh Tuhan, inilah kuasamu. takdir yang kau tuliskan begitu sulit untuk dirubah. Aku mohon biarkan kami bersanding dihari depan. Aku tahu rencanamu pasti baik untuk aku dan dirinya" ungkapnya lirih dalam hati.



Tersentak tubuh Hans terkejut bukan main. Maria tiba-tiba datang dan langsung mengagetkan lamunan Hans. Sambil tersenyum manis Maria meminta maaf atas candaannya yang membuat Hans merasa kaget.



"Bang maafkan ade ya, habis abang melamun terus. Jangan melamun nanti kesurupan" katanya dengan wajah manis memelas "Tak apa de, bagaimana rupanya kau bisa diizinkan sama bapak kau?" "Bapak tak kasih ijin ade untuk keluar rumah, tapi ade kabur demi bertemu sama abang" balas Maria dengan wajah cemas.



Maklum, hubungan asmara diantara Hans dan Maria tidak disetujui oleh ayah dan ibu dari maria. Orang tua maria beranggapan bila putrinya berpacaran dengan Hans, maka masa depan Maria tidak akan baik. Maria adalah anak pejabat sekaligus pengusaha kopi di daerah tersebut. Sedangkan Hans hanyalah anak dari seorang petani biasa yang ekonominya pun tergolong sederhana. Bagi Maria cinta bukan sesuatu yang mutlak diukur hanya dari harta kekayaan semata. Mereka menjalin hubungan istimewa tersebut sedari kelas 1 SMA. Hingga lulus sekolah cinta mereka berdua belum juga tergoyahkan. Bagi mereka, ini adalah anugerah Tuhan yang hinggap di hati mereka masing-masing.



Dengan senang hati Hans mempersilahkan kekasihnya itu duduk. Sementara dia bergegas mengambil singkong yang dipanennya tadi siang. Tidak perlu mewah, singkong bakar pun cukup lezat sebagai santapan. Sambil menata singkong dalam bara api agar tak lekas padam, Hans memulai pembicaraan.

"Apa benar adek sayang sama abang?'' tanya Hans memancing Maria berbicara "kenapa abang tanya itu sama adek, apa abang meragukan ketulusan adek selama ini" katanya dengan kebingungan. "Jangan khawatir, abang sangat percaya dengan ketulusan cinta adek sama abang." "Lantas mengapa abang menanyaan hal itu" sahut Maria penasaran. "Karena dengan begitu abang yakin sama keputusan abang" "Keputusan apa bang? Tolonglah jangan bikin adek jadi bingung" "Sebenarnya abang ingin kasih tau adek kalau besok abang akan pergi merantau ke Jakarta" "Tapi kenapa harus ke Jakarta bang" tanya Maria dengan ketus tak percaya dengan semua yang didengarnya.



Namun Hans tidak langsung menjawabnya, Hans berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Maria yang masih duduk. Dengan ramah Hans mengajaknya kesuatu tempat yang telah dia siapkan untuk malam ini. Dengan raut wajah kecewa Maria mengikuti saja ajakan kekasihnya itu. Hans menuntun Maria berjalan melewati ilalang menuju tepian Danau Toba. Mereka pun berhenti dihadapan ilalang yang agak tinggi dan tertata rapih. Kemudian Hans mempersilahkan Maria membuka ilalang tersebut. Hans meyakinkan Maria dengan sugguh bahwa ada sesuatu yang ingin diperlihatkannya dari balik ilalang.



Maria pun mencoba menuruti permintaan Hans. Dengan tangan lembutnya Maria pun membuka ilalang itu. Alangkah bahagianya Maria dengan malam ini, malam penuh kasih. Maria tersentak dan kagum dengan apa yang telah dilihatnya. Ternyata Hans telah menyiapkan hal tidak terduga oleh Maria sebelumnya. Meja dan kursi terhias dengan indah dan rapih serta lilin-lilin kecil juga turut mempercantik tempat itu. Kini nuansa telah berubah.



"Bang apa ini untuk adek" kata Maria kagum "Betul de, ini abang buatkan hanya untuk adek. Abang ingin adek senang, maaf selama ini abang tidak bisa membawa ade ketempat bagus dan romantis" ujar Hans lega melihat Maria menyukainya. "Abang tak perlu repot-repot menyiapkan semua ini. Bagi adek Danau Toba ini sudah cukup indah untuk dinikmati, terlebih hal itu bersama abang" "Tapi adek suka, iya kan" "Iya adek suka bang. Tapi, lebih suka kalau abang tak jadi pergi merantau. Jakarta itu tidak dekat bang" kembali Maria merajuk.



Hans malah tersenyum dan mempersilahkan Maria duduk terlebih dahulu. Kemudian Hans kembali ketempat sebelumnya untuk mengambil singkong bakar. Sedangkan Maria duduk terdiam dan tak tahu harus berbuat apalagi. Hanya ada kecemasan dan perasaan tidak rela yang hinggap dalam sanubarinya.


Sambil melihat lilin-lilin kecil tersusun dengan indah, angannya mulai terbang melayang. Pandangannya terkadang menoleh ke kanan dan kiri. Dia masih tak percaya bahwa Hans telah memberikan kejutan termanis. Maria tersenyum dengan sangat menawan. Raut wajahnya menggambarkan suasana hati yang tengah diliputi rasa bahagia. Namun sayangnya, senyum itu berlangsung sangat singkat. Ketidaksiapan ditinggal sang kekasih membuatnya kembali lemas dan kurang bergairah. Kini perasaan senang, cemas, sedih dan takut bercampur tidak karuan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun