Gara-gara status salah seorang rekan facebook saya tentang “homo” di wallnya, mendadak ingatan saya kembali ke suatu masa saat seseorang mendadak membuat pengakuan yang cukup mengejutkan bagi saya. Waktu itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Karena aktivitas sosial orang tua saya, kerap kali saya bertemu dengan sosok cantik yang memiliki dua nama dan saya memilih untuk tidak mengunakan penyebutan “mbak” atau “mas” melainkan langsung pada percakapan. Sebab jika saya menyebut mereka “Mbak” artinya saya mengingkari kebenaran yang saya yakini, jika saya memanggil dengan sebutan “Mas” artinya saya bisa menyakiti perasaan mereka.