penuh harap kupaksa melangkah
arungi samudra ke ujung dunia
jauh darimu bunda
kutahu itu berat
tapi lebih baik kupergi mengejar mimpi
dari pada kutelan air mata di perigi duka
berulang purnama menjelang
namun tak jua kulihat bahtera menuju petak sawah
yang dulu pernah kita tinggalkan
kusanjung angan dalam rintih rindu
sekedar mengucap takzim padamu bunda
tetap saja tak membuat jarak ini dekat ke pelukanmu
aku ingin kau usap rambutku
dan sebait kidung kau lantunkan hingga mataku terpejam
namun nyanyian bisu mendekap sepi
dan waktu merajam hatiku
menjadi air mata
duhai semesta raya
sebelah hatiku telah pergi
ke tempat asalku dilahirkan
dan separuhnya telah bias ditelan asmara dalam warna pelangi
kurengkuh cinta yang tak tahu kapan bermuara
seperti tebing kadang aku bertahan
menanti badai menerpa
agar semua mata melihatku tak lagi menangis
aku kan tetap tegar menyudahi
sepenggal kisah ini di tepi samudra hidup
Hong Kong, 2010
Perempuan
Perempuan memintal senyum
di putik teratai berduri mawar
kala senyap merengkuh malam
perempuan merundung sendu
bukankah pagi dan memanggil mendung
kala anak-anak adam bercumbu buta
bukankah siang tak mewujud gelap
kala bulir-bulir gerimis menepi ditubuh pakis
perempuan bertanya hari
ditengah embun menari sunyi
malaikat menjawab senja
menggurat langit dijiwa jingga
Hong Kong, 02 Februari 2011
Kado Rinduku Untuk Bunda
Bunda
ditirai pagi kubersandar
pada dinding kesedihan
disenandung alam
kuberbaring pada rajutan kerinduan
bunda
telah jauh jarak antara kutub-kutub tubuh kita
membentang kerinduan
di dalam anak-anak sungai di ujung mata kita
bunda
coba kukumpulkan keindahan dunia untuk ganti hadirmu
coba kupilah yang terbaik
untuk isi kerinduanku
tapi bunda
dunia tak kan mampu menggantikanmu
pilahan yang terbaik tak kan lagi
coba kuisi dalam rinduku
menopang sgala yang ada ditubuh
hati dan luangan
kasih sayangmu
hingga begitu indah lalu
kenapa hanya rindu
yang ananda punya untuk bunda
tidak bunda
rindu ini hadir dalam doa anandamu
agar surga selalu hadir untukmu
Hongkong, 22 Desember 2011
Mencumbu Kenangan Kusam
Kupintal benang kasih dari remah rasa
rajut serat kenangan kusam
sulam kepercayaan dalam koyak
lalu.... bisakah kususun ornamen kehidupan
terpekur diri menengadah
menatap langit dan menadah
Tuhan, segenap jiwa aku berpasrah
sifat hati yang benci iri hapuslah
ornamen usang bertambal sulam
lusuh menancap dalam warna kelam
menapaki jejak langkah di tanah muram
terlihat jelas, jiwa-jiwa nestapa hiasi temaram
ranah ini telah musnah
tak lagi ada sisa peta yang terbaca
hangus, lebur terkubur
segala terendam terurug lumpur
nafasku nafas mereka
berebut oksigen diantara belerang
isi kepala sibuk meraba
menyeruak kepul memburu terang
Hongkong, 26 Oktober 2011
Roman Picisan
Menjelang hadirmu
aku adalah keluasan jagad raya
isi dunia adalah darah yang mengaliri jantungku
mendekap nadimu adalah keniscayaan
yang mendekatkan segala jarak di ujung dunia
meluruhkan cinta di hatimu
aku merasa alam begitu hangat dan enggan kaki tuk melangkah
dulu telaga ini sunyi
dan hembus angin menjadi nyanyian jiwa di kala resah
seucap kata menjadi matahari yang menerangi cakrawala hati
dulu bukit ini begitu dingin
hadirmu menghangatkan huma ditengah padang ilalang
sentuhan cintamu menjadi tungku
yang memijar dilelah hariku
Kaulah keindahan yang utuh
ditengah perjalananku
mahligai cinta penuh warna
dari nirwana di tengah huma
ambillah hatiku duhai cinta
Kaulah kenyataan hidup yang terindah dari angan kelamku
Hongkong,13 November 2012